JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 02 Prabowo Subianto menyebut, pembangunan infrastruktur di Indonesia dua kali lebih mahal dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur negara tetangga. Salah satu infrastruktur yang dibandingkan Prabowo yaitu proyek Light Rail Transit (LRT) Palembang dan Jabodebek.
"Saya menghargai niat Pak Jokowi dalam memimpin pembangunan infrastruktur. Saya juga harus menyampaikan kemungkinan besar, tim Pak Jokowi itu bekerjanya kurang efisien," ujar Prabowo dalam debat capres, Minggu 17 Februari 2019.
Lantas benarkah pembangunan infrastruktur seperti LRT Palembang dan Jabodebek yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi tidak efisien dan lebih mahal dibandingkan negara tetangga? Berikut Okezone memiliki datanya.
Baca Juga: LRT Jabodebek Dinilai Terlalu Mahal, Adhi Karya: Harga Kita Kompetitif
Berdasarkan data yang diterima Okezone, Senin (18/2/2019), anggaran pembangunan LRT Jabodebek fase pertama yang dilakukan PT Adhi Karya (Persero) adalah sebesar Rp22,82 triliun, nilai tersebut belum termasuk dengan pajak sebesar 10%. Dana sebesar itu digunakan untuk membangun rel sepanjang 44,43 kilometer.
Adapun LRT yang dibangun terdiri atas tiga relasi yakni Cawang-Cibubur, Cawang-Bekasi Timur dan Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, dengan biaya Rp513,79 miliar per kilometer. Sementara konstruksi LRT Kelana Jaya di Malaysia mencapai Rp817 miliar per kilometer.
Selain itu jika dibandingkan dengan LRT Lahore di Pakistan jauh lebih tinggi lagi karena menghabiskan biaya sebesar Rp797 miliar per kilometer. Selanjutnya jika dibandingkan LRT di Manila Line 7 lebih mahal lagi karena menghabiskan biaya sekitar Rp903 miliar per kilometer.
Baca Juga: Prabowo Bilang Pembangunan Infrastruktur Tanpa Uji Kelayakan, Jokowi: Itu Salah Besar!
Kemudian jika dibandingkan dengan LRT di Dubai Uni Emirat Arab (UEA) biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp1,02 triliun per kilometer.
Dan satu lagi perbandingan pembangunan LRT Calgary di Kanda yang menelan biaya hampir empat kali lipat dari LRT Jabodebek karena menelan dana sebesar Rp2,1 triliun per kilometer.
(Dani Jumadil Akhir)