JAKARTA - Kurang lebih 44 tahun yang lalu Apple hanyalah usaha dua orang sahabat untuk mewujudkan visi dan misi mereka di dalam garasi sebuah rumah. Kemudian berlanjut menjadi Apple Inc., sebuah perusahaan besar dan menduduki peringkat pertama dari beberapa kategori penilaian.
Apple sempat menghasilkan keuntungan triwulanan tertinggi dari perusahaan manapun yang pernah ada. Inovasi yang diberikan Apple juga sedemikian canggihnya sehingga produk-produk mereka menjadi barometer semua perusahaan teknologi pada awalnya. Produk keluaran Apple berhasil mengubah dunia dan sangat populer, seolah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, terutama iPhone yang men jadi tulang punggung pendapatan Apple. Baru-baru ini peringkat Apple sebagai perusahaan paling inovatif di dunia menurun drastis.
Perusahaan teknologi raksasa itu terlempar jauh dari posisi 1 tahun lalu ke posisi 17 tahun ini dalam daftar perusa haan paling inovatif di dunia versi majalah Fast Company . Apple dianggap tidak mampu menciptakan inovasi baru yang berdampak luas dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Perseteruan Apple-Qualcomm Terus Berlanjut, Begini Ceritanya!
Beberapa tahun terakhir Apple memang sangat bergantung pada pengguna lama yang sudah cinta mati akan produk-produk mereka, bahkan bisa dibilang militan. Setiap peluncuran produk terbaru anak emas mereka iPhone selalu di beritakan terjadi antrean menggila pada Apple Store di beberapa negara, orang-orang rela mengantre dan menginap, jauh sebelum toko dibuka demi mendapatkan produk terbaru.
Namun, semakin hari sebagian pengguna merasakan harga produk terbaru iPhone semakin tidak terjangkau dan akhirnya pengguna lama tetap mempertahankan gawai mereka dengan cara cukup mengganti baterai saja. Antrean pada saat peluncuran produk terbaru iPhone 8 pun makin pendek, tidak seperti sebelumnya.
Mengutip dari CNBC International, akhirnya Apple menurunkan panduan pendapatannya menjadi USD84 miliar (sekitar Rp1.210 triliun) dari USD89 miliar hingga USD93 miliar yang diperkirakan sebelumnya. Semua ini dikarenakan penjualan ponsel pintar iPhone jauh dari harapan.
Selama ini ada anggapan bahwa merek ponsel tertentu memiliki kaitan langsung dengan status sosial seseorang di masyarakat. Jika seseorang memiliki ponsel pintar dengan spesifikasi terkini, misalnya, dia akan dianggap memiliki status sosial tinggi di masyarakat.
Di antara beragam merek yang ada, produk iPhone menjadi yang paling banyak mendapatkan kesan mewah. Seseorang yang memiliki dan menggunakan iPhone sering dinilai berasal dari kalangan berada. Berdasarkan artikel South China Morning Post, anggapan ini justru tidak berlaku di China.
Baca Juga: Dinilai Tangguh, Qualcomm Naikkan Gaji CEO Steve Mollenkop
Sebuah riset yang dilakukan lembaga MobData, justru menemukan pengguna iPhone mayoritas berasal dari kalangan miskin terselubung. Maksudnya, kemiskinan itu tidak terlihat karena tertutup penampilan dan gayanya yang terlihat mewah dengan atribut produk mahal, tidak mencerminkan seseorang yang tidak mampu secara finansial. Hal ini berbanding terbalik dengan pemilik ponsel pintar merek lain, misalnya, Huawei atau Xiaomi. Menurut penelitian itu, pengguna dua ponsel itu cenderung berasal dari kalangan berada.
Saya rasa tidak berbeda jauh dengan kondisi yang ada di Indonesia, maraknya pemberian fasilitas kredit, baik dengan kartu kredit maupun online, memudahkan sebagian besar masyarakat dengan penghasilan rendah memperoleh produk terbaru Apple bagaimanapun caranya. Namun, kalau harganya semakin mahal, pastinya daya beli juga semakin melemah. Alternatif merek lain seperti Samsung menjadi lebih masuk akal untuk tetap mendongkrak gaya hidup yang ingin tetap terlihat mewah. Sebenarnya, semua hal tersebut tidak akan terjadi tanpa kekuatan sebuah brand.