Namun, sebagai tindak lanjut arahan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan bangsa, KKP di bawah komando Menteri Susi melakukan perperangan terhadap Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing. Berkat upaya tegas tersebut, kedaulatan atas laut mampu diraih Indonesia.
"Kita harus mencitrakan negara kita ini sebagai negara yang hebat, negara yang kuat, negara yang berani membela kedaulatan," ujarnya.
Menteri Susi melanjutkan, sebagai dampak dari berbagai kebijakan tersebut, angka konsumsi ikan Indonesia naik tanpa menambah impor, di mana tahun 2018 lalu angka konsumsi ikan nasional telah mencapai 50,69 kg per kapita. Neraca perdagangan Indonesia yang tadinya berada di urutan buntut, kini menjadi yang nomor 1 di Asia Tenggara.
Nelayan Indonesia, khususnya di daerah timur, utara, dan barat Indonesia yang biasanya dikuasai kapal asing, kini bisa menangkap ikan berukuran besar di daerah penangkapan ikan yang tidak terlalu jauh dan dalam waktu yang lebih singkat.
Oleh karena itu, sumber daya ikan (SDI) ini menurut Menteri Susi mutlak dijaga. Ia optimis Indonesia dapat maju jika mampu menjaga sumber daya yang dimiliki dengan baik. Terlebih lagi Presiden telah mengeluarkan aturan yang menutup investasi asing di bidang perikanan tangkap.
"Sumber daya perikanan dan lautan ini menjadi satu-satunya sumber daya alam di mana masyarakat Indonesia berdaulat 100 persen atasnya. Kita punya tambang, kita punya minyak, tapi sumber daya perikanan inilah yang semua masyarakat dapat menikmati langsung. Kita pun tidak semuanya punya akses mengelola tambang dan minyak karena itu butuh modal dan teknologi tinggi. Kalau laut semua bisa akses, setiap orang bisa nangkap ikan," terang Menteri Susi.
Oleh karena itu, pada kesempatan tersebut Menteri Susi menitipkan laut pada semua yang hadir. Salah satunya dengan tidak membuang sampah ke laut dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai yang dapat mencemari laut dan mengancam keberlanjutan ekosistem di dalamnya.
"Kita harus jaga laut kita agar ikannya tetap ada dan banyak. Kita ingin orang Indonesia makan ikan 80-100 kg setiap tahunnya seperti orang Jepang," ujar Menteri Susi.
Menurut Menteri Susi, konsumsi ikan perlu terus ditingkatkan karena protein yang terkandung pada ikan memberikan kontribusi terbesar dalam kelompok sumber protein hewani, yaitu sebesar 57,2 persen. Ikan juga memiliki komposisi asam amino lengkap dan mudah dicerna tubuh.
Ikan terdiri dari beragam jenis, bentuk, warna, rasa, dan ukuran yang menawarkan berbagai pilihan bagi penikmatnya. Ikan pun dijual dengan harga yang dapat memenuhi semua segmentasi kelas ekonomi.
"Ikan itu dapat meningkatkan IQ kita sehingga lebih cerdas. Ikan juga mengandung antioksidan yang baik untuk kesehatan kulit biar awet muda. Bahkan ikan juga dapat mengurangi risiko kanker," terang Menteri Susi.
Guna mendorong ketersediaan ikan di masyarakat, Menteri Susi menyebut bahwa pemerintah siap membantu usaha atau badan ekonomi kecil masyarakat yang ingin memulai usaha di bidang perikanan.
Terakhir, dia mengingatkan para santri untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan diri di era globalisasi dan digitalisasi.
"Kompetisi ke depan akan semakin berat. Digitalisasi dan mesin-mesin akan mengambil alih sebagian besar tugas manusia. Maka kita harus sudah memulai fokus pada pembangunan sumber daya manusia," tandasnya.
(Feby Novalius)