Jika batang-batang itu terpapar udara atau jika pecah, gas radioaktif bisa lepas ke atmosfer. “Pekerjaan di perkirakan selesai pada Maret 2021, tapi keamanan menjadi prioritas pertama kami,” kata juru bicara Tepco Joji Hara pada kantor berita Reuters . Bencana 2011 memaksa 160.000 orang mengungsi dari lokasi sekitar PLTN Fukushima. Banyak dari mereka tidak kembali ke tempat tinggalnya di wilayah yang sangat terkontaminasi radiasi. Pemerintah Jepang memperkirakan pada 2016 bahwa biaya total untuk membongkar Fukushima, dekontaminasi wilayah terdampak, dan membayar kompensasi mencapai USD192 miliar, sekitar 20% dari anggaran tahunan Jepang.
Meskipun berhasil memindahkan batang-batang bahan bakar nuklir itu, Tepco masih menghadapi masalah lain di Fukushima. Tepco telah kewalahan selama lebih dari delapan tahun dengan meningkatnya ketinggian air terkontaminasi berasal dari sistem pendingin yang rusak dari inti reaktor meleleh, menambah masalah kebocoran air, dan kerusakan jaringan listrik. Tahun lalu, Tepco menyatakan sistem untuk membersihkan air terkontaminasi gagal memindahkan kontaminan radioaktif berbahaya hingga memundurkan upaya menangani air di tangki-tangki yang menumpuk di sekitar PLTN itu. Saat ini ada sekitar 1 juta ton air terkontaminasi radiasi harus disimpan.
Baca Juga: Masyarakat Jadi Penentu, PLTN Bisa Dibangun di Indonesia
Air sebanyak itu harus disimpan selama bertahun-tahun di PLTN Fukushima. Tahun lalu, Tepco menyatakan sistem untuk membersihkan air terkontaminasi itu gagal membuang kontaminan radio aktif berbahaya. Itu artinya, air yang disimpan dalam 1.000 tangki di sekitar PLTN tersebut perlu diproses ulang sebelum dibuang ke laut. Skenario itu tampaknya paling mungkin di lakukan untuk membersihkan PLTN tersebut. Pemrosesan ulang air itu membutuhkan waktu hampir dua tahun dan membutuhkan banyak personil serta energi. Adapun proyek untuk melucuti sejumlah reaktor yang rusak akibat tsunami itu membutuhkan waktu hingga 40 tahun. Belum jelas bagaimana semua proses itu bisa tertunda.