JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dampak perang dagang terhadap perekonomian Indonesia sangat minim. Pasalnya, Indonesia tidak terletak di dalam rantai pasok perekonomian global.
Menurutnya, masing-masing negara memiliki dampak perang dagang yang berbeda. Namun Indonesia tidak berada di dalam rantai pasok perekonomian dunia.
“Semakin terkait suatu negara dalam rantai pasok dan perdagangan global, maka dampak perang dagang akan semakin besar. Bisa upsize ataupun downsize,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Baca Juga: Impor China dari AS Turun 31% Imbas Perang Tarif
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia mengatakan, perang dagang berdampak karena keterkaitan Indonesia terhadap rantai pasok dan perdagangan global sangat rendah.
“Dalam gonjang-ganjing perang dagang kita less expose, tapi pada saat ada opportunity kita juga jadi kurang bisa untuk memanfaatkan,” kata Sri Mulyani.
Wanita yang kerap disapa Ani itu mencontohkan beberapa negara yang terkena dampak langsung adalah Singapura. Bahkan pertumbuhan ekonomi negara itu memiliki tren yang negatif sebab ekonominya tergantung pada ekspor dan impor.
Baca Juga: Kemendag China: Tarif AS Harus Dihapus demi Capai Kesepakatan Perdagangan
Tak jauh berbeda dengan negara China yang mengalami pelemahan ekonomi terbesar dalam 27 tahun terakhir. Dia mengatakan China mampu tumbuh konsisten mendekati double digit karena ketergantungannya pada dunia terutama Eropa dan AS.
Sementara itu untuk negara di Asia Tenggara seperti Thailand juga terkena imbasnya dari sisi perdagangannya. Sementara Vietnam menjadi negara yang paling mendapatkan keuntungan dari perang dagang ini. Pasalnya Vietnam akhirnya bisa masuk ke dalam rantai pasok dunia dan tingginya investasi yang masuk.
“Negara yang memiliki performa terbaik itu yang paling tergantung dengan dunia global,” kata Ani.