BOGOR – Pertamina dan The Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) menandatangani Comprehensive Strategic Framework (CSF) untuk menjajaki peluang kerja sama di seluruh mata rantai bisnis minyak dan gas (migas) baik di Uni Emirat Arab, Indonesia serta internasional.
Penandatanganan perjanjian dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati dan Menteri Negara UEA dan CEO ADNOC Group, Dr. Sultan Ahmed Al Jaber. Setelah penandatanganan perjanjian, dilakukan pertukaran dokumen dengan disaksikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo Putra Mahkota Abu Dhabi dan Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata UEA, H.R.H. Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan.
Dengan perjanjian ini, Pertamina dan ADNOC akan menjajaki peluang kerja sama di sektor hulu hingga hilir. Proyek yang menjadi pertimbangan termasuk partisipasi di sektor hulu migas UAE, kilang, petrokimia, LNG, LPG, Avtur dan bisnis ritel migas di Indonesia.
Baca Juga: Penanganan Gelombang Gas di Blok ONJW Sesuai Standar Industri Migas
Selain itu, kedua belah pihak akan menjajaki berbagai bentuk kolaborasi strategis lainnya. Pertamina menjalankan kegiatan bisnis di bidang energi yang terintegrasi di Indonesia dan tengah mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Pertamina merupakan produsen berbagai jenis produk antara lain bahan bakar, pelumas, LPG, LNG, dan petrokimia.
Pertamina memiliki enam kilang minyak dengan kapasitas produksi 1 juta barel minyak per hari (mmbpd). Saat ini, Pertamina juga sedang mengembangkan energi baru dan terbarukan dari berbagai sumber potensial di Indonesia.
Dr. Sultan Ahmed Al Jaber menyatakan rasa gembiranya dengan berlangsungnya penandatanganan perjanjian ini. Menurutnya, perjanjian ini akan memperkuat hubungan antara kedua Negara.
“Indonesia memiliki basis industri dan pasar energi yang berkembang pesat. Kami melihat peluang yang signifikan untuk bekerjasama antara kedua perusahaan membangun proyek untuk mencapai tujuan strategis bersama," katanya, dikutip dari keterangan Pertamina, Rabu (24/7/2019).
Kerja sama ini, imbuh Ahmed, akan menunjukkan upaya ADNOC untuk menciptakan nilai dari seluruh portofolio dan upayanya dalam memperluas investasi internasional untuk menjadi perusahaan energi global yang sesungguhnya.
Baca Juga: Ada Gelembung Gas di Sumur Migas Laut Jawa, Ini yang Dilakukan Pertamina
Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, Pertamina berencana untuk mengembangkan kapasitas kilang tambahan 1 MMBPD melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) and Grass Root Refineries (GRR).
“Kemitraan dengan ADNOC akan menjadi tonggak penting bagi Pertamina. Minat ADNOC untuk berpartisipasi dalam bisnis migas di Indonesia merupakan dukungan yang sangat berarti bagi Pertamina untuk memastikan availability and accessibility energi bagi masyarakat Indonesia," ujar Nicke.
Tim kerja dari kedua pihak akan mengadakan pertemuan selama beberapa bulan mendatang untuk mengevaluasi dan menyeleksi bidang-bidang utama untuk kolaborasi strategis di seluruh aset dan portofolio proyek kedua perusahaan. Sehingga diharapkan opsi kerja sama kolaborasi yang lebih spesifik akan disepakati untuk dieksekusi pada akhir 2019.
Kemitraan ini akan menjadi langkah baru transformasi ADNOC di seluruh bidang dan program penciptaan nilai dalam pengembangan energi dan petrokimia dan memastikan ADNOC tetap menjadi perusahaan yang tangguh dan fleksibel yang dapat memanfaatkan sepenuhnya peluang dan trend pasar yang sedang berkembang.
Transformasi ini didorong oleh pendekatan kemitraan strategis yang diperluas dan investasi bersama, serta pengelolaan portofolio bisnis, aset, dan modal ADNOC yang lebih proaktif.
Bagi Pertamina, kolaborasi ini akan mendukung upayanya berkiprah di kancah energi global serta sebagai batu loncatan untuk meningkatkan daya saing agar dapat berkompetisi dengan para pemain energi internasional.
Asal tahu saja, ADNOC adalah sebuah group energi dan petrokimia terkemuka di dunia dengan produksi harian sekitar 3 juta barel minyak dan 10,5 kaki kubik gas alam. Dengan 14 anak perusahaan spesialis dan perusahaan patungan, ADNOC adalah katalis utama untuk pertumbuhan dan diversifikasi UEA.
(Feby Novalius)