JAKARTA - Center of Reform in Economics (Core) memperkirakan The Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga acuannya.
Direktur Riset Centre of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan, walaupun pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat mencapai 3,2% jauh di atas ekspektasi 2,2% sampai 2,5%. Tapi bukan itu yang menjadi pertimbangan tapi inflasi. Kalau pertumbuhan ekonomi naik biasanya inflasi tinggi.
"Namun di AS itu tidak diikuti lonjakan inflasi masih tertahan di 2%. Tingkat pengangguran di AS juga naik kembali. Ini jadi pertimbangan bagi The Fed menurunkan suku bunga. Dan mendorong ekonomi lebih baik dan menjadi pertimbangan inflasi masih rendah," ujar dia di Homgkong Cafe Jakarta, Selasa (30/7/2019).
Baca Juga: Trump: Suku Bunga The Fed Turun Tak Cukup Pertahankan Ekonomi
Dia menuturkan, The Fed juga merespons perlambatan ekonomi global. Kalau menaikkan suku bunga, nantinya akan memengaruhi ekonomi global.
"Para analisis menyakini The Fed turunkan suku bunga. Pertanyaannya apakah bulan ini atau akhir bulan depan. Mayoritas meyakini akhir bulan ini," ungkap dia.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) menyatakan, ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus menekan volume perdagangan dunia dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Baca Juga: Sinyal Kuat The Fed Turunkan Suku Bunga
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, perekonomian Amerika Serikat (AS) diperkirakan tumbuh melambat akibat ekspor yang menurun sebagai dampak ketegangan hubungan dagang, stimulus fiskal yang terbatas, serta keyakinan pelaku ekonomi yang belum kuat.
"Pertumbuhan ekonomi kawasan Eropa juga melambat dipengaruhi penurunan kinerja ekspor dan permasalahan struktural terkait aging population, yang kemudian berpengaruh pada permintaan domestik," kata Perry.
(Dani Jumadil Akhir)