Dalam sistem interkoneksi Jawa Bali, Herman yang pernah menjabat sebagai Direktur Transmisi dan Distribusi PLN periode 2003 hingga 2008 ini, mencatat setidaknya pernah terjadi 4 kali blackout.
Masing-masing pada tanggal 13 April 1997, 18 Agt 2005, 18 Maret 2009 dan terakhir 4 Agt 2019 kemarin. “Jadi kira-kira periodenya sekali dalam 5 hingga 10 tahunan,” ujarnya.
Interkoneksi Jawa Bali memang membuat sistem menjadi kuat, namun dalam sistem buatan manusia tidak ada jaminan reliability yang 100%.
Dia menyebutkan, gangguan blackout umumnya diawali oleh gangguan dari luar, hubungan ke tanah atau lainnya. Gangguan juga bisa terkait dengan kelemahan dalam komponen sistem seperti kekurangan infrastruktur (N-1), asupan terkait setting proteksi, kontrol dan lain-lain.
Dalam kondisi itu, jika proteksi tak bekerja sempurna, gangguan potensial untuk meluas.
Untuk mengetahui akar penyebab blackout, menurut Herman lazimnya dan memang sudah seharusnya dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar utility.
Seperti halnya dalam crash investigation, semua data recorders dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisa oleh tim penyelidik yang dibentuk. Kemudian dibahas kemungkinan-kemungkinan penyebab, lalu disimpulkan penyebabnya; apakah karena kelemahan peralatan, defects pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau setting-nya atau bisa juga faktor sumber daya manusia (human error).
Pada akhirnya Herman berpendapat, blackout itu sebuah musibah bagi utility, dan sudah menjadi SOP untuk mencegahnya supaya tidak terjadi.
(Dani Jumadil Akhir)