JAKARTA – Konsep hunian dengan fasilitas komprehensif, harga terjangkau, dan lokasi strategis, seperti co-living semakin banyak diminati masyarakat urban. Namun saat ini belum banyak pengembang atau pengelola yang membuat konsep properti seperti co-living.
Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto mengatakan, pengembangan konsep co-living ini sebenarnya mirip seperti kos-kosan. Lewat konsep Co-Living ini, masyarakat bisa tinggal bersama dengan fasilitas umum yang juga dapat dipakai bersama.
Baca juga: Menteri Sofyan: Kita Permudah Investor Sektor Properti
Dan peluang ini dapat dimanfaatkan oleh para pengembang dan pengelola dalam mengembangkan bisnisnya. Mengingat kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dengan lokasi strategis masih sangat besar.
“Kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak. Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain di bisnis ini,” ujarnya di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Menurut Ferry, berdasarkan data jumlah pekerja kelas menengah yang tinggal di tengah kota belum banyak. Sebab kebanyakan pemain apartemen atau hunian sewa di tengah kota lebih diperuntukkan bagi kelas menengah atas.
Sehingga kelas menengah bawah lebih memilih hunian berupa kos-kosan. Sedangkan kos-kosan yang ada saat ini konsepnya pun belum sesuai harapan para pekerja.
“Dari sisi bangunan, ada pengelola yang mengklaim properti yang dikelolanya itu co-living, tapi konsepnya masih kayak apartemen biasa, belum ada sesuatu yang mencirikan kalau itu co-living,” jelasnya.