“Pertama, Indonesia berkomitmen untuk mencadangkan 700.000 hektar Kawasan Konservasi Perairan (Marine Protected Areas/MPAs) pada tahun 2020. Untuk itu, Indonesia mengalokasikan dana sebesar USD6,68 juta untuk mendukung pembentukan MPAs baru dan meningkatkan efektivitas pengelolaan MPAs yang sudah ada,” ujar Agus.
Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk melakukan stock assessment di perairan darat dengan menggunakan metode yang telah terstandardisasi, baik secara ilmiah maupun pendekatan praktis. Hal ini ditujukan untuk mendukung implementasi manajemen perikanan berbasis ilmiah pada tahun 2020 dengan anggaran sebesar USD705.000.
Baca Juga: Rumah Pribadi Menteri Susi Pudjiastuti di Pangandaran Dilempar Batu
“Ketiga, Indonesia berkomitmen melakukan perpanjangan proyek peningkatan sistem peramalan laut untuk mengurangi risiko bencana maritim. Perpanjangan proyek ini akan dilakukan pada tahun 2019-2024 dengan alokasi dana senilai USD121 juta,” tambah Agus.
Keempat, pengawasan kelautan dan perikanan juga menjadi komitmen Indonesia. “Kita akan terus melakukan kegiatan pengawasan melalui kapal patroli dan pengawasan udara, operasi pusat komando, investigasi kejahatan kelautan dan perikanan, pengawasan KKP, peningkatan partisipasi pengawasan berbasis masyarakat, memerangi penangkapan ikan yang merusak, dan kegiatan terkait lainnya,” tutur Agus.
Sebagai informasi, penyelenggaraan OOC kali ini merupakan yang ke-6 sejak pertama kali diselenggarakan tahun 2014. Sebelumnya, perhelatan dilakukan di Washington DC, Chile, Malta, dan Indonesia. Kepala Delegasi Indonesia pada OOC 2019 Sjarief Widjaja mengatakan, Indonesia memainkan peran penting dalam menjaga laut dunia lewat perhelatan tingkat global.
“Kehadiran Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan negara maritim yang memiliki luas lautan terbesar kedua di dunia tentunya menjadi sangat penting untuk ikut serta berperan aktif melaksanakan komitmen dan kebijakan di bidang kelautan dalam menjaga lautan dunia,” tutur Sjarief.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)