Menurutnya, saat ini di pasaran banyak produk yang berlabelkan pembuatan dari negara-negara lain. Meski tak menyebutkan data, Bahlil bilang fenomena ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan masyarakat.
"Ketiga karena memang HPP (Harga Pokok Penjualan) kita. Bahan baku disini kan memang mahal, karena mesin-mesin sudah agak tua sehingga memang harus ada peremajaan," ungkap dia.
Kendati demikian, Bahlil belum bisa menyebutkan berapa jumlah pabrik tekstil yang sudah tutup. Menurunya masih menunggu data dari Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
"Kami belum punya data. Nanti data teknisnya lagi minta teman-teman asosiasi. Kami akan tindaklanjutnya di hari rabu lagi (pekan depan)," kata dia.
(Dani Jumadil Akhir)