JAKARTA - Komisi XI DPR RI mengungkapkan strategi PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang dalam waktu dekat untuk memperoleh pendanaan guna membayar tunggakan polis jatuh tempo untuk periode Oktober-Desember 2019 senilai Rp12,4 triliun.
Baca Juga: Sri Mulyani Gandeng Kepolisian hingga KPK Usut Kemelut Jiwasraya
Ketua Komisi XI Dito Ganinduto menjelaskan, perusahaan asuransi jiwa berpelat merah tersebut bakal menyelesaikan kewajiban pada nasabahnya dengan mengandalkan strategi bussiness to bussiness (b to b). Lewat skema itu, Jiwasraya berpeluang menerima dana segar sebesar Rp13 triliun.
"Jadi ini bukan (menggunakan dana) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, tapi dengan b to b, kira-kira seperti itu," kata Dito ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/12/2019).
Jiwasraya akan mendapat dana sekitar Rp7 triliun dari investor yang menanamkan dana melalui anak usaha yakni PT Jiwasraya Putra. Kedua, perseroan juga direncanakan mendapat aliran dana melalui pembentukan holding BUMN Asuransi sebesar Rp5 triliun.
Baca Juga: Selamatkan Jiwasraya, DPR Tunggu Hasil Audit BPK dan BPKP
Kemudian, Jiwasraya juga akan mendapat dana sekitar Rp1 triliun melalui bisnis produk-produk asuransi dengan menggandeng perusahaan reasuransi atau financial reasuransi (Finre). Reasuransi merupakan sistem mengasuransikan produk asuransi itu sendiri.
Meski demikian, hingga saat ini belum ada investor pasti yang bakal menanamkan dana di Jiwasraya. Perseroan memang tengah menggelar uji tuntas alias due diligence terhadap lima calon investor yang terdiri dari empat investor luar negeri dan satu dalam negeri.
Soal dana dari pembentukan holding sektor asuransi hingga saat ini masih cenderung jalan di tempat. Terakhir, Kementerian BUMN menunjuk PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia atau BPUI (Persero) menjadi induk holding BUMN asuransi dari sebelumnya ditunjukk PT Jasa Raharja (Persero) menjadi induk holding.
"Jadi lewat reasuransi, holding, sama Jiwasraya Putra. Tambah plus satu lagi, cari dana yang lain. Mudah-mudahan bulan Januari kalau investor sudah masuk, sehingga bisa diselesaikan secara bertahap," katanya.
(Feby Novalius)