JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia di sepanjang 2019 diproyeksi tetap mampu berada di atas 5%, di tengah pelemahan ekonomi global. Penopang pertumbuhan ekonomi pun masih berasal dari konsumsi rumah tangga.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,06% di sepanjang 2019, dengan pertumbuhan di kuartal IV-2019 sebesar 5,05%. Namun, jika pertumbuhan di kuartal IV-2019 hanya mampu 4,96%, maka pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu sebesar 5,02%.
Baca Juga: Menanti Data Pertumbuhan Ekonomi Sepanjang 2019
"Yang bisa saya katakan, bahwa dengan pertumbuhan ekonomi sedikit di atas 5%, itu sudah bagus untuk Indonesia karena tetap tumbuh stabil dan kuat, sementara negara-negara tetangga justru mengalami perlambatan ekonomi," jelas Ryan kepada Okezone, Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Menurutnya, ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi rumah tangga yang berkontribusi besar sekitar 57% pada Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian disusul kontribusi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi langsung sebesar 32%.
Kontribusi dari konsumsi pemerintah diperkirakan sebesar 7%, perubahan inventori sebesar 2%, dan kontribusi konsumsi lembaga non profit rumah tangga (LNPRT) sebesar 1%. Sedangkan ekspor-impor sebesar 1%, di mana ekspor berkontribusi sebesar 19% dengan impor berkontribusi negatif atau pengurang sebesar 18%.
Baca Juga: Ekonomi Dunia 'Terinfeksi' Virus Korona, China dalam Tekanan
Ryan bilang, secara umum perekonomian Indonesia masih tertolong oleh kuatnya konsumsi rumah tangga di tengah tekanan eksternal yang terjadi di sepanjang 2019. Tahun lalu ekonomi global dibayangi perang dagang Amerika Serikat dan China, Brexit, risiko geopolitik di berbagai negara, dan jatuhnya harga komoditas di pasar global.
"Kalau pun PDB masih bisa tumbuh di atas 5%, tentu itu juga lantaran peran nyata Bank Indonesia yang selalu ahead the curve, pre-emptive dan akomodatif dalam kebijakan moneter dan makroprudensial," katanya.