JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan, proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung terkendala akibat wabah virus korona (covid-19). Menurutnya, wabah korona berpotensi membuat mundurnya jadwal operasional kereta cepat dari target di 2021.
"Kita memang super hati-hati melihat ini. Jadi kita tidak mau berkomentar mengenai hal itu, tapi bisa saja terjadi tertunda (beroperasi di 2021) kalau nanti berkepanjangan ini korona," ujarnya dalam diskusi dengan wartawan di kantornya, Jakarta, Selasa (25/2/2020).
Baca juga: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Beroperasi Akhir 2021 meski Terganggu Virus Korona
Menurutnya, hambatan yang membuat proyek kereta cepat terganggu adalah banyaknya tenaga kerja asal China yang tertahan di negaranya. Para pekerja yang berada di level manajer hingga konsultan itu, sempat kembali ke negara asalnya untuk memperingati Imlek,
Namun tertahan, lantaran pemerintah Indonesia melakukan pelarangan penerbangan dari dan ke China, sebagai upaya menekan penyebaran korona yang berasal dari negara tersebut.
Baca juga: Ada Virus Korona, Pasokan Material Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tersendat
"Kalau tenaga-tenaga intinya enggak ada, kerjanya pakai apa? Kemarin kan mereka cuti Imlek, jadi enggak sempat kembali, masih nangkring di Beijing (China)," katanya.
Selain masalah pekerja, bahan baku juga mengalami kendala. Lantaran, sebagian material pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung berasal dari China.
Kegiatan ekonomi negara itu sebagian besar terhenti, seperti pabrik-pabrik yang masih tutup akibat wabah korona. "Termasuk juga sebagian dari bahan baku ada masalah," imbuhnya.
Baca juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, 460 Titik Sutet hingga Sungai Direlokasi
Sebelumnya, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Chandra Dwiputra mentebutkan, sekitar 300 pekerja asal China yang terlibat dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung tertahan di negaranya.
Di sisi lain, pasokan material pembangunan kereta cepat yang sebagian berasal dari China juga terganggu. Menurutnya, bahan material yang berasal dari China tak lebih dari 50% untuk kebutuhan proyek, diantaranya bahan material waterproofing, pipa, dan material teknis lainnya.
Meski demikian, KCIC akan tetap mendorong kontraktor untuk melakukan pembangunan kontruksi di tengah kondisi saat ini. Pihaknya pun telah meminta kontraktor untuk membuat rancangan yang sesuai terkait kebutuhan pekerja hingga material yang banyak berasal dari China.
"Sudut pandang mereka bentar lagi selesai. Saya tekankan (ke kontraktor), 'Anda jangan pikir seperti itu, kayak SARS itu kan 6 bulan juga baru selesai. Jadi kalau enggak dateng (pekerja asal China), bagaimana caranya (mengatasi). Saya push kontrator bikin plan (perencanaan) sesuai dengan situasi saat ini," jelasnya ditemui di Kantor Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi.
(Fakhri Rezy)