Miliarder di bidang teknologi tersebut mengaku tak ingin membuat yayasan karena ia tidak ingin membayar biaya lain terkait dengan menjalankan organisasi filantropi.
Memberikan uangnya, ujar Dorsey, membuatnya merasa senang. Sama seperti saat ia membuat Twitter dan Square, lalu melihat keduanya dipakai orang lain. Hal itu menurutnya terasa menyenangkan.
"Ketika membuat sesuatu seperti Twitter atau Square, nilai terbesar sebenarnya adalah melihat orang lain menggunakannya. Itulah yang mendorong kami. Rasanya seperti ada sengatan listrik,” kata Dorsey.
“Pertama kali kami melihat cuitan dari Iran, itu terasa menyengat seperti listrik. Rasanya luar biasa,” ujar Dorsey.
Sengatan listrik yang Dorsey rasakan saat itu, sama dengan yang dirasakannya saat ia menyumbang. "Apalagi saya tahu organisasi yang saya sumbang fokus pada dampak nyata dan melakukan hal-hal yang lebih besar dari kita semua, terutama saya, "kata Dorsey.
Sebelumnya, Dorsey mengumumkan bahwa dia menyumbangkan USD1 miliar atau sekira Rp14,8 triliun (kurs Rp14.841 per USD) untuk mengatasi pandemi Covid-19. Hingga saat ini dia telah menyumbangkan lebih dari USD87 juta atau sekira Rp1,3 triliun.
(Dyah Ratna Meta Novia)