JAKARTA - Salah satu perusahaan penyewaan mobil terbesar di Amerika Serikat (AS) Hertz dikabarkan bangkrut pada Jumat 22 Mei 2020. Hancurnya bisnis tersebut adalah imbas dari virus corona.
Melansir Forbes Selasa (26/5/2020), Hertz akan mengajukan kebangkrutan Bab 11, tetapi akan tetap dalam bisnis selama proses menggunakan uang tunai USD1 miliar di tangan.
Pengajuan kebangkrutan tersebut tidak berlaku untuk operasi Hertz di Eropa, Australia dan Selandia Baru.
Baca Juga: Dampak Covid-19, Begini Pergerakan Pengangguran di AS
Perusahaan mengaitkan langkah tersebut dengan penurunan tiba-tiba dalam pendapatan dan pemesanan di masa depan karena anjloknya permintaan perjalanan.
Perusahaan itu mengatakan berusaha mendapatkan bantuan dari pemerintah federal, tetapi akses ke pendanaan untuk industri mobil sewaan tidak tersedia.
"Dengan tingkat keparahan dampak Covid-19 pada bisnis kami, dan ketidakpastian kapan perjalanan dan ekonomi akan pulih, kita perlu mengambil langkah lebih lanjut untuk menghadapi pemulihan yang berpotensi lama," kata Presiden dan CEO Hertz Paul Stone dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga: Sambut New Normal, Ini 5 Langkah Evaluasi Resolusi Keuangan Tahun Ini
“Tindakan hari ini akan melindungi nilai bisnis kami, memungkinkan kami untuk melanjutkan operasi kami dan melayani pelanggan kami, dan menyediakan waktu untuk meletakkan landasan keuangan baru yang lebih kuat untuk bergerak dengan sukses melalui pandemi ini dan untuk menempatkan kami dengan lebih baik untuk masa depan,"
Sebelum pengajuan kebangkrutan, Hertz telah melakukan PHK 12.000 pekerja dan merumahkan 4.000 lebih pekerja selama pandemi.
Investor legendaris Carl Icahn memiliki mayoritas saham Hertz, hampir 39%.
Sementara itu, bisnis transportasi berada dalam kesulitan keuangan yang mengerikan karena pandemi. Pesaing Hertz, Avis, serta raksasa yang menunggang kuda, Uber UBER dan Lyft LYFT harus memberhentikan ribuan pekerja untuk tetap bertahan.
Pengecer JC Penny JCP dan Neiman Marcus juga mengajukan kebangkrutan dalam beberapa pekan terakhir karena coronavirus.
(Dani Jumadil Akhir)