“Kalau dari hasil perhitungan kita sekitar Rp596 miliar per tahun. Itu hasil dari datangnya wisatawan ke Bromo per tahun, tiga bulan ditutup, dibagi sendiri. Kalau masyarakat Tengger sekarang ini mereka bertani. Tapi yang pelaku wisata lain, hotel, jeep, kuda, itu sudah mulai berdampak,” jelasnya.
Baca Juga: Pulihkan Pariwisata New Normal, Berapa Dana Anggarannya?
Bahkan dirinya tampak pesimis melihat capaian target pendapatan dari Balai Besar TNBTS selaku pengelola kawasan wisata Gunung Bromo yang dicanangkan tahun ini akan diraih.
“Kalau tahun lalu pendapatan kita Rp24 miliar, tahun ini 2020 target Rp16 miliar, tapi belum saya lihat, karena masih tutup lama, kemungkinan tipis tercapai,” keluhnya.
“Yang penting ada waktunya alam Bromo bernapas, dari sisi konservasinya. Kita cek semua, tanpa satu pun plastik,” pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)