AS-China Memanas Tahan Kenaikan Harga Minyak

Dani Jumadil Akhir, Jurnalis
Sabtu 25 Juli 2020 08:11 WIB
Harga Minyak (Foto: Shutterstock)
Share :

JAKARTA - Memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS)-China membatasi kenaikan harga minyak naik pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB).

Harga minyak mentah berjangka Brent, LCOc1 naik 3 sen menjadi USD43,34 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS CLc1 berjangka naik 22 sen menjadi USD41,29 per barel.

Untuk minggu ini, harga minyak Brent naik 0,5%, sedangkan minyak mentah AS naik 1,7%.

Baca Juga: Harga Minyak Merosot 2% Khawatir Jumlah Pengangguran Bertambah

Kenaikan harga minyak terbatas setelah China memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup konsulatnya di kota Chengdu, menanggapi permintaan AS minggu ini bahwa China menutup konsulat Houston.

Ketegangan yang diperbarui antara dua konsumen minyak teratas dunia semakin memicu kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar.

"Hubungan perdagangan internasional yang lancar diperlukan agar permintaan minyak tetap tidak terganggu dalam jangka panjang dan ketegangan antara AS dan China tidak pernah merupakan pertanda baik," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.

Sementara itu, menjelang akhir pekan, para pelaku pasar mengamati Badai Tropis Hanna yang diperkirakan akan menyeberang ke Baffin Bay, 74 kilometer (74 km) selatan Corpus Christi, Texas, pada Sabtu sore atau malam hari.

Baca Juga: Harga Minyak Kembali Turun Tertekan Persediaan Stok AS

Sejauh ini, perusahaan energi mengatakan belum ada evakuasi pekerja atau penghentian produksi dari anjungan lepas pantai di Teluk utara Meksiko.

Mengangkat sentimen pasar, aktivitas bisnis zona Euro tumbuh pada Juli untuk pertama kalinya sejak pandemi coronavirus, menurut IHS Markit's flash Composite Purchasing Managers Index (PMI). Indeks dipandang sebagai indikator yang baik untuk kesehatan ekonomi.

"Data ekonomi di Eropa jauh lebih baik daripada yang diantisipasi, yang akan menunjukkan bahwa kehancuran dalam beberapa bulan terakhir karena COVID-19 mungkin tidak seburuk yang dipikirkan orang," kata Phil Flynn, analis senior pada kelompok Harga Futures di Chicago.

Sementara itu, aktivitas bisnis AS juga meningkat ke level tertinggi enam bulan pada bulan Juli. Namun, perusahaan AS melaporkan penurunan pesanan baru karena kasus COVID-19 baru meningkat

Pandemi yang bangkit kembali telah menggelapkan prospek ekonomi AS. Beberapa negara telah memberlakukan kembali pembatasan yang seharusnya mengurangi konsumsi bahan bakar.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya