Takut Dipecat, Karyawan L'Oreal Terpaksa Kembali Kerja dari Kantor

JAKARTA - L'Oreal di New York kembali mewajibkan karyawan untuk bekerja dari kantor, setelah berbulan-bulan kerja dari rumah (Work From Home/WFH). Hal tersebut sudah diketahui para karyawan sejak bulan lalu.

Kepala Sumber Daya Manusia Perusahaan Kosmetik Stephane Charbonnier melalui emailnya mengatakan, perusahaan berencana meningkatkan maksimal 25% karyawan di kantor saat ini menjadi 50%. Kecuali jika karyawan telah menyetujui waktu istirahat atau alasan yang disetujui oleh perusahaan.

"Anda akan diharapkan berada di lokasi jika Anda ditugaskan oleh manager Anda untuk berada di lokasi," mengutip dari CNN, Kamis (6/8/2020).

Baca Juga: Deretan Perusahaan Banting Setir Jadi WFH Permanen, Google hingga Sony

Kantor L'Oreal di tempat lain juga menerapkan rencana serupa. Namun semuanya harus tetap menerapkan protokol keselamatan seperti kewajiban untuk menjalankan pemeriksaan suhu tubuh dan menggunakan penutup wajah (face shield).

Namun persyaratan untuk kembali ke kantor tidak dilakukan dengan baik oleh banyak karyawan L'Oreal AS. CNN berbicara dengan 18 pekerja merek kecantikan asal Perancis tersebut. Hasilnya, mereka merasa prihatin tentang risiko kesehatan ketika bekerja ke kantor selama pandemi sementara mereka merasa pekerjaan mereka dapat dilakukan dari rumah.

Para karyawan pun mempertanyakan manfaat berada di dalam gedung. Karena rapat yang ada saat ini pun masih bersifat virtual.

Baca Juga: Perkantoran Jadi Klaster Baru, Begini 5 Tata Cara Rapat di Tengah Corona

Sementara perusahaan mengatakan ingin karyawannya tetap kerja di kantor sehingga mereka dapat berkolaborasi, dalam satu kasus. Namun, salah seorang karyawan mengaku selama bekerja tidak memiliki interaksi dengan anggota timnya, yang tidak dijadwalkan berada di kantor.

Karyawan L'Oreal yang berbicara dengan CNN meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut kehilangan pekerjaan. Perusahaan mengatakan tersebut akan mempekerjakan lebih dari 12.000 orang di 13 negara bagian.

Para karyawan mengatakan mereka merasa L'Oreal tidak simpatik ketika mereka menyampaikan kekhawatiran tentang situasi individu dengan manajer dan khawatir perusahaan akan membalas jika mereka tidak muncul.

Lima karyawan mengatakan bahwa mereka diberitahu oleh manajer atau sumber daya manusia bahwa mereka akan ditempatkan pada daftar tidak patuh jika mereka memilih untuk tidak kembali.

Seorang karyawan yang bekerja di kantor penjualan L'Oreal di Midwest mengatakan bahwa sebagian besar klien terkenalnya tidak akan kembali ke kantor mereka sampai setelah Tahun Baru.

“Anda merasa seperti prajurit, semut digiring kembali ke kantor agar HR mencentang kotak untuk dilaporkan bahwa kami melakukan apa yang kami perintahkan,” ucapnya

Perusahaan mengatakan dalam sebuah pernyataan rencana L'Oréal secara hati-hati mengembalikan karyawan ke tempat kerja dipandu oleh satu prinsip dasar perlindungan keselamatan karyawannya.

“Kebersamaan adalah unsur utama budaya kita dan penting bagi keberhasilan bisnis kami dalam industri kreatif. Karena itu, kami secara bertahap mengembalikan karyawan ke kantor di lokasi di seluruh dunia berdasarkan rencana keselamatan komprehensif hanya jika diizinkan oleh pemerintah daerah,” ujarnya.

Karyawan yang bekerja selama pandemi merupakan mereka yang berada di posisi strategis, seperti perawatan kesehatan hingga ritel. Sekarang, pengusaha sedang mempertimbangkan gelombang karyawan kembali bekerja di kantor. Ini adalah debat yang bukan hanya tentang kantor individu tetapi tentang kesehatan masyarakat. Sejauh ini, lebih dari 4,7 juta orang Amerika telah terinfeksi virus corona dan setidaknya 156.830 telah meninggal, menurut data Universitas Johns Hopkins.

(Feby Novalius)