JAKARTA – Jika kalian berniat membangun sebuah bisnis, keteguhan hati adalah salah satu kunci suksesnya. Karena dalam menjalani usaha itu dibutuhkan sebuah sosok pengusaha yang tegar saat menghadapi banyak rintangan di tengah merintis bisnisnya.
“Intinya kita harus berani mencoba. Kalau teringat penjualan saya 10 tahun lalu kayaknya enggak mungkin. Kalau mindset kita sudah banyak ketakutan rasanya tidak jadi besar. Initinya kita harus yakin dulu terhadap apa yang kita jual,” kata Founder Keripik Maicih Reza Nurhilman dalam program Indonesia Digital Market (IDM) melalui IG Live @okezonecom, Selasa (11/8/2020).
Baca Juga: Bermula dari Menjual Barang Orang, Ini Rahasia Sukses Bisnis Keripik Pedas
Reza mengaku tak menyangka bila bisnis yang dirinya geluti sejak 2010 silam itu bakal menjadi besar seperti sekarang ini. “Dulu saya yakin ini bisa jadi besar. Bisa dengan cara yang saya lakukan ini, jual aja produk orang lain. Kalau masuknya ke market place lebih kreatif. Kalau kita enggak yakin, mungkin tidak akan besar,” ujarnya.
Sejak pandemi virus corona atau Covid-19 melanda Indonesia, kata dia, penjualan bisnis keripiknya itu sedikit mengalami penurunan penjualan. Namun, disaat kritis seperti ini dibutuhkan keteguhan hati dari seorang pengusaha agar bisa memutar otaknya. Di mana makanan yang diproduksi itu tetap laku di pasaran.
“Intinya kita mulai dulu saja, orang kebanyakan teori. Akhirnya idenya kecolongan sama orang lain. Kalau kebanyakan mikir, kecolongan. Ketakutan-ketakutan ini sebenarnya menghantui kita. Sekarang era pandemi ini berat. Tapi kita harus berpikir untuk besar di new normal, harus berpikir besar dulu,” ujarnya.
Dia mengaku penjualannya kini penuh mengandalkan teknologi. Salah satu caranya dengan memasarkan keripiknya itu di seluruh e-commerce.
“Akhirnya kita targetkan untuk memperlihatkan sesuatu yang menarik. Sehingga mereka terbawa alam sadarnya. Akhirnya kita pasarkan lewat market place. Promo besar-besaran di sana, supaya masih bisa nikmati maicih walaupun hanya di rumah saja,” kata dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)