NEW YORK - Dolar AS menyentuh posisi terendah dalam tiga tahun terakhir terhadap mata uang terkait komoditas seperti dolar Kanada, Australia dan Selandia Baru. Di sisi lain, dolar AS melemah karena kebijakan The Fed.
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa suku bunga AS akan tetap rendah dan The Fed akan terus membeli obligasi untuk mendukung ekonomi AS. Pernyataan Powell mendorong dolar ke dalam perdagangan reflasi, yang mengacu pada peningkatan aktivitas ekonomi serta inflasi.
Baca Juga: The Fed Ingatkan soal Inflasi, Dolar Langsung Menguat
Di sisi lain, mata uang terkait dengan komoditas mendapat manfaat dari kenaikan dalam perdagangan global. Seperti mata uang di negara-negara seperti Inggris telah diuntungkan dengan membuat kemajuan dalam pemulihan dari pandemi virus corona.
“The Fed tetap berada di jalurnya telah memperkuat optimisme dalam prospek ekonomi, meningkatkan mata uang yang terkait erat dengan pertumbuhan global. Sementara dolar telah kehilangan kekuatannya, penurunannya telah diperlambat oleh peningkatan imbal hasil Treasury,” kata Analis Pasar Senior Western Union Business Solutions, Joe Manimbo, dilansir dari Reuters, Kamis (24/2/2021).
Baca Juga: Ekonomi Eropa Pulih, Indeks Dolar AS Melemah
Komitmen Fed pada suku bunga rendah dan berlalunya stimulus fiskal membuat beberapa investor khawatir bahwa inflasi dapat melebihi pertumbuhan. Ketakutan tersebut lebih lanjut mendukung mata uang terkait komoditas, karena komoditas naik dengan inflasi.
Dolar Kanada, Australia, dan Selandia Baru pada hari Rabu masing-masing mencapai level tertinggi terhadap dolar AS sejak awal 2018.
“Sangat penting untuk membuat penilaian apakah refleksi berubah menjadi refleksi berlebih yang kemudian berubah menjadi inflasi,” kata Kepala Strategi Internasional Deutsche Bank, Alan Ruskin.