Dalam skemanya, pembiayaan sebagian besar akan didukung oleh kegiatan Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI. Langkah ini diyakini mampu menurunkan cost of fund PNM dan Pegadaian secara signifikan. Dengan demikian, diharapkan akan diteruskan kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan dengan bunga yang lebih rendah.
Efisiensi pada konteks jaringan pun sudah dibahas. Tiko menyebut, dalam ekspansi bisnis Pegadaian kedepannya, perserian tidak perlu lagi menyewa atau membangun unit baru, namun cukup menempel pada unit-unit BRI di daerah.
"Cukup membangun counter dan self deposit untuk menyimpan emas atau barang gadai lainnya sehingga biaya pembukaan kantor Pegadaian ke depan akan jauh lebih murah," kata dia.
Dari sisi Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) PNM, para Account Officer (AO) dengan jumlah 40.000 orang akan dilengkapi dengan device digital. Sistem ini dipercaya mengintegrasikan program Mekaar dengan cabang-cabang BRI di desa-desa.
"Bisa terkoneksi dengan BRI dalam konteks cabang desa BRI maupun agen BRI, sehingga nantinya, juga bisa menimbulkan efisiensi karena tidak harus rasio AO terhadap nasabah di Mekaar bisa kita kurangi dengan digitalisasi dan interkoneksi dengan cabang dan agen unit BRI," papar Tiko.
Sistem itu juga akan berkontribusi pada efisiensi pengeluaran tambahan atau biaya overhead. Saat ini biaya overhead PNM sangat tinggi dan diharapkan dalam 3 tahun ke depan bisa turun secara signifikan.
(Fakhri Rezy)