JAKARTA - Larangan mudik lebaran kembali diterapkan oleh pemerintah, yaitu mulai dari 6-17 Mei 2021. Bercermin pada pengalaman sebelumnya, pemerintah khawatir akan penyebaran Covid-19 pasca libur panjang terjadi kembali dan dapat mengakibatkan program vaksinasi terganggu.
Di lain sisi, pelarangan mudik akan berimbas kepada banyaknya sektor ekonomi dan industri menjadi terkoyak. Melihat fakta bahwa selama mudik lebaran dari tahun ke tahun, ada pergerakan jutaan dan hal tersebut menjadi potensi bagi pertumbuhan ekonomi daerah tujuan mudik.
Baca Juga: KRL Yogya-Solo dan KA Prambanan Ekspres Alami Penyesuaian Jadwal, Cek di Sini
Dilansir dari Koran Sindo, Kamis (6/5/2021), jumlah pemudik tersebut fluktuatif dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, ada sekitar 23,4 juta pemudik, lalu pada 2016 ada 18,16 juta pemudik. Pada 2017 ada 18,6 juta pemudik dan di tahun 2018 ada sekitar 20,28 juta pemudik. Sedangkan pada 2019 lalu, tercatat ada 17,80 juta pemudik. Berikut dampak-dampak larangan mudik lebaran 2021.
Transportasi terkontraksi 30,84%
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), larangan mudik 2020 menyebabkan sektor transportasi terkontraksi sebesar 30,84%. Sektor transportasi dan pergudangan memberikan kontribusi paling besar terhadap penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 yaitu minus 0,64% dengan laju pertumbuhan minus 15,04%.
Baca Juga: Masa Larangan Mudik, KA Lokal Merak Berhenti Beroperasi
Operator bus kritis
Imbas larangan mudik dinilai sangat merugikan organisasi angkutan darat (Organda) dalam 2 minggu. Karena pelarangan mudik, operator bus berpotensi tidak mendapatkan income, operator yang paling parah adalah angkutan charter pariwisata yang mendekati nol pendapatannya. Kemudian juga ada AKAP yang di bawah 10% sementara angkutan kota termasuk taksi juga hanya 50% yang beroperasi.
Pariwisata makin sepi
Sektor lain yang paling terdampak dari larangan mudik ini adalah sektor pariwisata terutama bagi pelaku-pelaku usaha di daerah yang biasanya diuntungkan oleh momentum lebaran. Misalnya jasa pariwisata, jasa transportasi, hotel, adalah sektor terkena imbas paling signifikan.