JAKARTA – Bitcoin (BTC) anjlok hingga 53% karena tertekan aksi jual besar-besaran (sell-off) karena investor panik. Nilai kripto terpopuler itu sudah hilang lebih dari separuhnya dari posisi tertingginya di level USD65.000.
Bitcoin dan cryptocurrency lainnya anjlok seiring munculnya katalis negatif, mulai dari CEO Tesla Elon Musk hingga peraturan baru pemerintah China. Sentimen tersebut diyakini telah menghantam aset yang menandai kemunculannya secara ekstrem.
Baca Juga: Mau Investasi Kripto? Perhatikan Dulu Risikonya
Dilansir CNBC, Kamis (20/5/2021), Cryptocurrency unggulan telah jatuh ke level terendah dalam tiga bulan pada perdagangan, Rabu kemarin. Merosot menjadi sekitar USD30.000 usai sempat menanjak lebih dari 30% dalam perdagangan aset kripto.
Selanjutnya Ether, koin utama untuk jaringan blockchain Ethereum, juga turun tajam dan menembus di bawah USD2.000 pada level tertentu, untuk menandai penurunan lebih dari 40% dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Baca Juga: Dogecoin Booming, Perhatikan 3 Hal Ini Sebelum Investasi
Pelemahan ini merupakan kebalikan dari kenaikan dramatis yang dimulai pada paruh kedua tahun lalu. Harga bitcoin masih naik lebih dari 200% sejak September, sebuah reli dramatis yang dipicu sebagian oleh dana lindung nilai, bank, dan banyak perusahaan yang tampaknya mulai merangkul cryptocurrency.
"Lebih banyak orang memiliki aset kripto. Dimana kripto telah berada di kantong banyak masyarakat kita dan Anda mulai mendengar banyak berita soal Hari Pajak, elon Musk tweets, dan lainnya dimana Anda mulai khawatir dengan pergerakan harganya," kata CEO Galaxy Digital, Mike Novogratz di CNBC "Squawk Box."