JAKARTA – Bisnis PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST) mengalami tekanan akibat pandemi covid-19. Melihat prospek ke depan, perseroan memilih target bisnis cukup konservatif dengan menargetkan pendapatan tahun ini sebesar Rp900 miliar.
“Mempertimbangkan masih dalam masa pandemi covid-19, maka target pendapatan tahun ini hanya sebesar Rp900 miliar atau masih dibawah tahun 2020 yang sebesar Rp,1,1 triliun,” kata Direktur IBST, Jozef Ignasius Munaba dilansir dari Harian Neraca, Rabu (30/6/2021).
Disampaikannya, target pendapatan tahun ini tergolong pesimistis jika dibandingkan hasil pendapatan tahun 2020 yang tercatat sebesar Rp1,12 triliun. Maka guna menopang target itu, perseroan menargetkan terdapat 1500 - 2000 penyewa baru menara telekomunikasi perseroan. Pada saat yang sama, perseroan akan menambah 800 menara baru sepanjang tahun ini.
Baca Juga: Jual 3.000 Menara, Inti Bangun Bayar Utang Rp1,5 Triliun
“Per Juni 2021, menara kami mencapai 2.910 menara dan 4871 penyewa,” ujarnya.
Pada sisi lain, lanjut dia, peseroan tengah merentangkan serat optik sepanjang 6.187 km pada tahun ini. Sehingga di akhir tahun 2021, perseroan mengoperasikan 18.250 km serat optik. Kemudian untuk mendukung rencana itu, perseroan menganggarkan dana belanja modal sebesar Rp2 triliun. Sementara hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen.
Menurut Sekretaris Perusahaan IBST, Merciana Anggani, keputusan itu sejalan dengan langkah perseroan yang akan membangun 800 menara dan merentangkan serat optik hingga 12.800 km.
“Semua laba bersih akan mendukung rencana ekspansi perseroan,” kata dia. Sebagai informasi, sumber belanja modal tahun ini berasal dari kas perseroan dan pinjaman perbankan.
Perseroan mengalokasikan capex untuk penambahan jumlah menara telekomunakasi yang sampai saat ini direncanakan paling sedikit 486 unit. Di mana jumlah 486 itu hanya dari satu perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang sedang agresif pengembangan jaringan. Sedangan provider lainnya belum selesai menyusun rencananya.
Sebelumnya, emiten menara ini telah merampungkan penjualan 3.000 menara kepada PT Tower Bersama senilai Rp3,98 triliun. Penjualan menara dilakukan untuk memperkuat posisi keuangan perseroan sekaligus mengembangkan strategi usaha di masa depan. Nantinya, dengan struktur saldo kas yang semakin kuat setelah pelaksanaan rencana transaksi, memungkinkan perseroan untuk mengembangkan rencana-rencana strategis jangka panjang disamping pembangunan menara telekomunikasi, juga termasuk investasi dalam bidang ICT [Information Communication Technology).
Adapun nilai transaksi penjualan 3.000 menara tersebut senilai Rp3,98 triliun atau setara dengan 64% ekuitas perseroan. Selain dari transaksi penjualan menara, IBST juga mendapatkan biaya sewa dari pihak pembeli karena sebagian menara berada di atas tanah milik perseroan. Perseroan mengungkapkan, akan menggunakan dana hasil penjualan menara untuk beberapa kepentingan, yaitu pelunasan sebagian utang bank senilai Rp1,5 triliun dan sisanya Rp2,7 triliun akan digunakan untuk pengembangan usaha.
Setelah pelunasan utang tersebut, total liabilitas IBST akan turun menjadi Rp3,08 triliun dan rasio utang terhadap ekuitas berkurang menjadi 0,49.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)