JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan bahwa pihaknya tak sekali menerima tuduhan memperkaya diri sendiri melalui bisnis di sektor kesehatan dan farmasi saat pandemi Covid-19 di dalam negeri.
Selain diisukan ikut berbisnis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), Erick juga difitnah memperoleh keuntungan melalui pengadaan vaksin jenis Sinovac. Adapun nilai keuntungan dari bisnis vaksin Covid-19 yang dituduhkan mencapai Rp 2,6 triliun.
Dia mengaku geram, saat pemerintah melalui Holding BUMN Farmasi mengupayakan kerja sama dengan sejumlah produsen global untuk memperoleh vaksin Covid-19 bagi masyarakat luas, pemerintah justru dituduh menguntungkan diri sendiri.
Baca Juga: Bantah Terlibat Bisnis PCR, Erick Thohir Tak Tahu Pendirian GSI
"Pada saat di awal-awal (Covid-19), kita ditugaskan Bapak Presiden (Joko Widodo) membawa vaksin 260 juta dari China, 100 juta dari negara lain. Saya tetap tertuduh, bahwa Erick thohir dengan keluarga ada keuntungan vaksin Rp 2,6 triliun," ujar Erick, Senin (15/11/2021).
Baca Juga: Soal Tuduhan Bisnis PCR, Erick Thohir: Pejabat Publik Punya Risiko Difitnah
Menurutnya, tuduhan yang disampaikan kelompok kecil tertentu dan di bingkai (framing) media massa seolah menjadi satu kebenaran, sangat membahayakan kedaulatan bangsa. Pasalnya, pemerintah bekerja untuk kepentingan masyarakat, namun muncul kecurigaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.