JAKARTA - Pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) merupakan wujud komitmen pemerintah dalam menurunkan emisi. Penurunan tingkat emisi ditargetkan pada 2030 atau lebih cepat.
"Komitmen Indonesia dalam penurunan emisi sangat jelas. Kita di COP26 kemarin di Glasgow, jelas posisi kita. Di situ juga pengembangan mobil listrik disampaikan," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Rabu (17/11/2021).
Baca Juga: Turunkan Emisi Karbon, RI Butuh Lebih Banyak Infrastruktur Kendaraan Listrik
Sejalan dengan komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia juga menargetkan penggunaan EV, khususnya kendaraan motor, secara menyeluruh pada 2060.
Luhut menuturkan peningkatan permintaan global terhadap EV juga akan meningkatkan permintaan nikel. Pada 2020, permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250kt Ni.
Baca Juga: Mau Bisnis SPBU Listrik? Ini Keuntungannya
Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.
"Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030," ujarnya.
Dengan potensi yang dimiliki, menurut Luhut, Indonesia berpotensi menjadi hub rantai pasok global untuk EV karena memiliki potensi mineral yang besar. Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.