Duh! Kebutuhan Susu RI Masih Impor, Lokal ke Mana?

Kurniasih Miftakhul Jannah, Jurnalis
Kamis 18 November 2021 15:39 WIB
Bahan baku industri pengolahan susu bergantung pada impor (Foto: Reuters)
Share :

BANDUNG - Industri pengolahan susu di Indonesia masih bergantung pada bahan baku impor. Setidaknya, 80% bahan baku industri di pasok dari luar negeri sementara 20% nya berasal dari peternak lokal.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menegaskan, pemerintah harus menangani hal ini secara serius. Jika tidak, indusrti pengolahan susu Indonesia akan terus bergantung pada impor.

Baca Juga: Warga Borong Susu Beruang, Prof Ari: Lebih Sehat Tenang di Rumah dan Banyak Berdoa

"Kalau tidak serius ditangani kemungkinan 80% bisa menjadi 85% bahkan 95%," kata dia dalam acara Gathering Forwin 2021 dan Workshop bertema 'Industri Agro bersama Media Mendorong Program Kemitraan Industri Pengolahan Susu',Kamis (18/11/2021).

Pada 2020, kebutuhan bahan baku susu industri ini tercatat 3,85 juta ton (setara susu segar). Pasokan bahan baku lokal hanya mampu memenuhi 0,85 juta ton, sementara sisanya 3 juta ton dipenuhi dari impor. Susu segar di impor dari berbagai negara dalam bentuk skim milk, whole milk, anhydrous milk fat, butter milk dan whey.

Baca Juga: Ekspor RI Tak Melulu Komoditas, Ini Buktinya

Lebih lanjut, Putu mengatakan, ada beberapa hal yang menghambat pengembangan Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di hulu. Antara lain, kualitas SSDN rendah karena cemaran bakteri patogen tinggi dan kadar padatan rendah.

Kemudian, kepemilikan sapi perah peternak rakyat rendah hanya 2 sampai 3 ekor sehingga hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar. Produktivitas sapi perah rakyat juga rendah jauh di bawah produktivitas sapi di mega farm.

"Terbatasnya lahan untuk kandang dan pakan hijauan untuk peternak rakyat juga menjadi penghambat," ujarnya.

Di sisi lain, rasio biaya pakan dengan hasil produksi susu masih tinggi. Lalu tingginya biaya pembesaran anakan sapi sampai laktasi mencapai Rp20 juta per ekor.

"Peternak lokal juga kurang pemahaman mengenai Good Diary Farming Practices," tambahnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya