Untuk kebutuhan pemeriksaan komunikasi, kereta ukur akan dilengkapi peralatan untuk mengukur jangkauan sinyal komunikasi, gangguan medan elektromagnetik lingkungan, data suara dan data kontrol layanan penumpang, serta data kontrol kereta.
Sedangkan untuk pemeriksaan persinyalan, kereta ukur ini dirancang untuk mampu mengukur peralatan parameter persinyalan seperti balise, track circuit, kapasitor kompensasi, dan arus balik traksi.
Kereta ini juga memiliki peralatan untuk mengukur dan menguji gaya dinamika rel dengan parameter kekuatan rel-roda secara vertikal/lateral, koefisien derailment, rasio pengukuran beban roda, gaya wheelset lateral, akselerasi badan kereta secara vertikal/lateral, akselerasi kerangka lateral, dan akselerasi kontak gandar vertikal.
Selain itu terdapat peralatan pemeriksaan sistem integral yang berfungsi sebagai sinkronisasi lokasi, kalibrasi waktu, pengolahan data inspeksi secara komprehensif, monitoring video CCTV, dan jaringan data.
Peralatan untuk kebutuhan sistem integral ini juga telah dilengkapi encoder, teknologi RFID dan GPS untuk mendapatkan lokasi yang akurat saat dalam kecepatan tinggi, dan presisi lokasi hingga 2 meter.
"Kereta ukur berkecepatan tinggi untuk kereta cepat Jakarta Bandung pasti memiliki kemampuan terbaik sesuai fungsinya. Kehadiran kereta ukur ini menjadi penting untuk menguji kualitas dan pemeliharaan agar dapat beroperasi dengan kualitas pelayanan terbaik bagi seluruh penumpang," kata Dwiyana.
Sementara itu rangkaian EMU kereta ukur ini akan memiliki rangkaian kereta dengan spesifikasi dan fungsi yang berbeda-beda.
Kereta 1 untuk kebutuhan pengujian lintasan, kereta 2 untuk sistem persinyalan dan komunikasi, kereta 3 untuk OCS, kereta 4 dan 7 sebagai ruang kantor, kereta 5 untuk restorasi, kereta 6 sebagai ruang pertemuan, kereta 8 untuk sinyal dan integrasi rel-roda.
"Kereta ukur yang kami siapkan memiliki standar yang sama dengan CR400AF, namun dilengkapi kereta dengan spesifikasi yang dibutuhkan untuk keperluan inspeksi jaringan rel kereta cepat Jakarta Bandung," kata Dwiyana.
(Taufik Fajar)