JAKARTA – Indonesia memiliki harta karun berupa tenaga hidro yang penggunaannya masih minim. Padahal pengembangan pembangkit listrik hidro bisa mendorong target Indonesia dalam mencapai energi bersih.
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menyebutkan, hingga Februari 2022, kapasitas litrik yang berasal dari pembangkit hidro baru 6,6 gigawatt (GW). Padahal, potensi pembangkit hidro di Indonesia mencapai 95 GW.
“Eksploitasinya memang masih kecil meski potensinya besar. Tapi kami yakin pengembangannya bisa sesuai dengan RUPTL 2021-2030 (milik PLN),” ujar Rida, dikutip Jumat (22/4/2022).
Hasil penghitungan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (P3TEK) menunjukkan ada lebih dari 52 ribu lokasi yang berpotensi sebagai pembangkit hidro. Adapun total potensi energi hidro dengan sistem run off river sebesar 94.627 MW.
Menurut Rida, pembangkit tenaga hidro yang pengembangannya membutuhkan waktu panjang akan membantu Indonesia meraih target net zero emission 2060.
“Pengembangan PLTA akan memberikan manfaat tidak terbatas terhadap bauran energi baru terbarukan. Sekaligus menyeimbangkan pembangkit listrik EBT yang masih bersifat intermittent,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, EVP Engineering & Technology PLN, Zainal Arifin, mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga hidro paling tepat saat ini dibandingkan pembangkit tenaga lain. Apalagi, pembangkit hidro memiliki berbagai keunggulan. Misalnya, tingkat efisensinya sangat tinggi.