Dia menyebut, kenaikan harga terjadi karena tingginya permintaan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah dan adanya kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan terjadi di hampir semua bahan pangan yang dijumpainya di pasar tradisional.
"Kenaikan itu bukan hanya karena permintaan yang tinggi menjelang Lebaran, tapi juga faktor dari kenaikan BBM. Biasanya kalau tidak ada kenaikan BBM, itu ada sembako itu naik. Tapi tidak sesignifikan ini, ini semuanya. Maka saya ketir-ketir dengan BI (Bank Indonesia), bagaimana cara pengendalian kita," terangnya.
Guna mengantisipasinya, pria kelahiran Lamongan menyatakan operasi pasar telah dilakukan oleh berbagai elemen di masyarakat. Bulog Malang dan Kantor Bank Indonesia Perwakilan Malang misalnya juga beberapa kali menggelar operasi pasar, demi menyetabilkan harga.
"Operasi pasar saya kira semuanya sudah, Bulog sampai dengan kemarin dengan BI, CSR supaya ketika Idul Fitri bahan sudah ada dengan operasi pasar kemarin, Itu akan berpengaruh terhadap inflasi," tuturnya.
Dirinya mengimbau agar masyarakat tidak melakukan panic buyying atau pembelian dalam jumlah besar untuk ditimbun selama Hari Raya Idul Fitri.
"Tidak ada panic buyying. Tidak ada kepanikan untuk mengambil barang seakan-akan barang itu tidak ada. Tidak usah ada kepanikan, barang tersedia, elpiji, bensin, kebutuhan lainnya juga, bahan pokok lain," pungkasnya.
(Feby Novalius)