Serta Musk yang memproklamirkan diri sebagai pembela hak kebebasan berpendapat.
Dilanjut dengan warga Jerman bernama Jochen Ahlswede terang-terangan mengatakan kalau Musk bukan sosok yang tepat untuk mendefinisikan batasan-batasan platform sebesar Twitter.
“Insiden Presiden Trump, saya rasa, menunjukkan bahwa platform-platform ini punya pengaruh begitu besar terhadap diskursus publik, jadi saya rasa bukan ide yang baik apabila pengaruh ini ada di tangan satu orang saja dan saya pikir Musk juga seseorang yang bertindak menurut kepentingan finansialnya, bukan kepentingan masyarakat," tegasnya.
Untuk pernyataan yang dirilis Twitter sendiri mereka mengumumkan kebebasan berpendapat adalah landasan demokrasi yang sehat, dan Twitter adalah alun-alun digital di mana hal-hal yang penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan.
BACA JUGA:Susi Pudjiastuti Undang Elon Musk ke Pangandaran, Netizen: Nanti Suguhi Seblak Ikan Tenggiri Pedas
Terakhir, pensiunan asal Minnesota Laura mendukung soal rilis dari Twitter tersebut.
“Saya rasa suara (masyarakat) telah diredam dan kita perlu mendengar semua pendapat mereka," pungkasnya.
Sebagai informasi, Musk membeli Twitter seharga USD44 miliar (sekitar Rp636,5 triliun) pada akhir April lalu
Kini, perusahaan publik itu kini akan menjadi perusahaan swasta yang dimiliki oleh Musk dengan pembelian dengan harga USD54,20 per lembar saham.
(Zuhirna Wulan Dilla)