“Tidak ada lagi kepemilikan jamak, itu seolah memberinya kekuatan penuh atas Twitter, dan saya rasa kondisi Twitter akan semakin buruk apabila ia mencoba membuka keran kebebasan berpendapat, karena itu akan memberi ruang pada penyebaran berita bohong, ujaran kebencian dan sebagainya, bahkan mungkin lebih banyak pelecehan," katanya.
Adapun pasangan pensiunan asal negara bagian Seattle, Don dan Christie Riggs yang menyebut kalau isu penyalahgunaan informasi dan konflik kepentingan berpotensi merusak Twitter.
BACA JUGA:Terbang ke AS, Jokowi Bakal Bertemu Elon Musk!
“Kami khawatir akan apa yang mungkin ia lakukan dalam kaitannya dengan isu misinformasi, (misalnya) menghapus filter penyaring misinformasi,” ucapnya.
“Kemampuannya untuk memiliki kendali yang begitu besar, untuk mengontrol konten demi kepentingan pribadi, alih-alih kepentingan bersama,” tambahnya.
Sementara, Twitter sendiri sempat dikenal sebagai corong mantan Presiden AS Donald Trump sebelum platform itu memblokirnya.