"Sekarang banyak subsidi kita tidak tepat sasaran, sekarang kalau harga minyak global USD110 - USD120 per barel minyak, kita (pemerintah) itu subsidinya hampir Rp500 triliun," bebernya.
"Analisa sekarang di mana Rusia menurunkan produksinya hingga 2 - 3 juta ton, kemudian negara Timur Tengah hanya bisa menaikan supply maksimal 1,5 juta, akan terjadi defisit 1,5 - 2 juta, sehingga diperkirakan harga minyak kita bisa mencapai USD200 per barel lebih dan itu bahaya sekali kalau kita tidak melepas ini maka subsidi akan tinggi," tambahnya.
Kemudian, dia mengungkap kalau pendapatan Indonesia saat ini dalam satu tahun tidak lebih dari Rp2.000 triliun.
"Bayangkan hampir seperempat dari total APBN itu subsidi, kalo tidak ini berbahaya sekali," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)