Tak hanya konsumsi rumah tangga, ekspor juga mendukung ekonomi karena mampu tumbuh tinggi mencapai 19,7 persen sejalan permintaan komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional.
Investasi turut tumbuh positif sebesar 3,1 persen namun melambat dari 4,1 persen pada kuartal I-2022 karena tingginya harga barang input.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah terkontraksi 5,2 persen mengingat menurunnya belanja penanganan pandemi karena pemulihan yang terus terakselerasi.
Untuk impor juga mendukung ekonomi karena tumbuh mencapai 12,3 persen karena ekspansi sektor manufaktur dan perdagangan terus stabil sejalan dengan perbaikan kapasitas produksi dan permintaan dalam negeri.
Sementara dalam konteks produk domestik bruto (PDB) riil, posisi Indonesia berada di level 7,1 persen yang menandakan sudah di atas dari pra pandemi COVID-19 pada 2019 sehingga menggambarkan pelemahan sudah diganti oleh pemulihan ekonomi yang kuat.
Posisi Indonesia itu lebih tinggi dibanding beberapa negara seperti Singapura 6,8 persen, Italia terkontraksi 0,2 persen, Eropa 1,4 persen, Meksiko minus 1,7 persen dan AS 4,2 persen.
(Taufik Fajar)