Namun, Kominfo tidak diam. Demi mengatasi disinformasi atau hoax, pihaknya memiliki strategi dari hulu hingga hilir.
Usaman menyebut, dari sisi hulu Kominfo melakukan literasi digital. Mengedukasi masyarakat untuk tidak membuat dan menyebarkan hoax, serta menghimbau masyarakat untuk tidak lekas percaya terhadap hoax.
"Di tingkat tengahnya, kami melakukan berbagai hal. Setidaknya ada dua. Pertama, kontra-narasi. Kami sampaikan bahwa itu hoax yang benar kita sampaikan kebenarannya. Kedua, melakukan take down. Kita menghapus informasi-informasi yang tidak benar itu dengan bekerjasama dengan platform-platform digital seperti Facebook, Google, Instagram, TikTok, dll. Karena yang bisa melakukan take down adalah platform-platform digital itu sendiri. Kominfo sifatnya hanya meminta mereka untuk take down," papar Usman.
Sementara di sisi hilir, Kominfo bekerjasama dengan aparat keamanan dalam hal ini Kepolisian untuk mengambil langkah-langkah hukum jika hoax itu tingkatnya sudah sampai melanggar hukum.
Kabar baiknya, tutur Usman, semua strategi tersebut membuahkan hasil. Buktinya, saat awal 2020 banyak masyarakat yang tidak mau di vaksin karena termakan hoax, kini 400 juta dosis vaksin sudah diterima oleh masyarakat. Artinya, mereka sudah bisa memilah informasi yang salah dan benar.
"Nah ini antara lain bukti kita sukses dalam men-take down terhadap hoax-hoax terhadap vaksin. Selain kita juga sukses dalam komunikasi publik," tandasnya.
(Taufik Fajar)