Sesuai arahan Presiden Jokowi, lanjut Erick, transformasi BUMN di sektor perbankan, telekomunikasi, pangan, dan pertambangan dinilai penting untuk diperbaharui.
Pasalnya, sektor tersebut erat kaitannya dengan dinamika pasar global.
"Apalagi Bapak (Jokowi) selalu bilang juga bahwa dunia saat ini sedang bergejolak dan ini kita harus beradaptasi sebagai bangsa. Tidak lain kami di kementerian BUMN memfokuskan daripada beberapa grouping daripada yang ada di BUMN," jelasnya.
Untuk perbankan, Erick memastikan akan terus memaksimalkan peran Himpunan Bank Milik Negara (Himbara).
Sektor ini dinilai penting lantaran mendorong pembiayaan bagi pelaku UMKM.
Usaha mikro sendiri berperan besar bagi perekonomian Indonesia.
Karena itu, Erick menargetkan hingga akhir 2022 perbankan BUMN akan menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp386 triliun. Melalui pembiayaan tersebut, dia optimis UMKM bisa naik kelas,
"Pertama Himbara, yang kita ketahui bahwa Himbara menjadi dorongan bagi UMKM di segi pembiayaan," tutur dia.
Lainnya, PT Telkom Indonesia Tbk dan PT Telkomsel Indonesia Tbk dituntut mampu menjawab dan menghadapi era disrupsi digitalisasi melalui lini bisnis perusahaan.
Langkah ini dilakukan lantaran ekonomi digitalisasi dalam negeri diperkirakan naik hingga Rp4.800 triliun pada 2030.
Sementara industri pangan, Erick sebelumnya mengakui bahwa teknologi dan inovasi pangan di Indonesia masih tertinggal dengan negara tetangga. Di mana, negara lain telah menghasilkan produk pangan lebih baik dari Indonesia.
Dia menyatakan ekosistem dan market pangan dalam negeri akan semakin tertinggal, bila Indonesia tidak memperbaiki ekosistem hingga peta jalannya (roadmap).
Akan tetapi, dia tidak pesimistik terhadap kondisi tersebut. Dia meyakini Holding BUMN Pangan atau ID FOOD akan mempekuat ekosistem pangan di Tanah Air.
"Industri pangan, bagaimana Pangan tidak hanya menjadi swasembada, tapi juga menjadi alternatif seperti yang Bapak (Jokowi) dorong daripada industri gula menjadi etanol," pungkasnya.
Terkait pertambangan, dia meminta PT Freeport Indonesia (PTFI) mengikuti jejak industri pertambangan di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, China, dan Eropa.
Jejak tersebut terkait dengan pemanfaatan teknologi terbarukan untuk operasional pertambangan.
(Zuhirna Wulan Dilla)