JAKARTA - Ketua Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell mengungkapkan dalam pidatonya bahwa The Fed berupaya mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga secara agresif. Keputusan The Fed pun akan “menimbulkan rasa sakit”.
Warga AS diperkirakan akan memahami seberapa besar rasa sakit yang diderita pada Rabu 21 September.
Dalam pertemuan terakhirnya, Bank Sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga jangka pendek utama sebesar tiga per empat point untuk ketiga kalinya secara berturut-turut.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Memanas Jelang Keputusan Suku Bunga The Fed
Kenaikan lain sebesar itu akan mengangkat suku bunga acuan yang banyak mempengaruhi pinjaman konsumen dan bisnis ke kisaran 3 hingga 3,25% yang merupakan level tertinggi dalam 14 tahun.
Sebagai isyarat kekhawatiran mendalam Bank Sentral akan inflasi yang saat ini terjadi, lembaga tersebut juga berencana menaikkan suku bunga jauh lebih tinggi pada akhir tahun nanti dibanding yang diperkirakan pada tiga bulan lalu dan juga mempertahankannya lebih tinggi pada periode yang lebih lama.
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Tembus Rp15.000/USD, Begini Tanggapan Sri Mulyani
Para ekonom memperkirakan pejabat-pejabat Bank Sentral akan menaikkan suku bunga utama setinggi 4 persen pada akhir tahun ini. Mereka juga cenderung memberi sinyal kenaikan lainnya pada tahun 2023, yaitu mungkin sekitar 4,5%.
Suku bunga jangka pendek pada tingkat itu akan meningkatkan risiko terjadinya resesi tahun depan karena naik tajamnya biaya hipotek, pinjaman mobil dan pinjaman bisnis. Demikian dilansir dari VOA Indonesia, Selasa (20/9/2022).