"Presiden Joko Widodo senang melihat ini, karena 98% pekerja kami adalah orang Indonesia. Dan lebih dari 40% adalah orang Papua. Bahkan kita punya 2 manajer Papua yang hadir saat ini. Jadi saya ingin kalian semua paham kalau PTFI ini adalah perusahaan milik Indonesia," tuturnya.
Petinggi dari Freeport memang didominasi oleh orang Indonesia dan Papua.
Seperti posisi Presiden Direktur yang dipercayakan oleh Tony Wenas. Freeport juga mempercayakan 1 posisi direktur, 9 Senior dan Vice President, dan 57 manajer serta posisi senior dari Papua.
"Freeport juga berada di bawah hukum dari Indonesia, dan kita melakukan joint venture dengan perusahaan dari Amerika Serikat untuk memberikan teknologi," ungkapnya.
Sementara itu, Richard juga menuturkan tambang tembaga milik PTFI dulunya sempat diragukan.
Bahkan saat pertama kali ditemukan, disebutkan jika tambang tembaga di Papua ini tidak bisa dikembangkan.
"Saat (tambangan tembaga) pertama kali ditemukan tahun 1936 oleh geologis asal Belanda yang melakukan ekspedisi ke Puncak Jaya, mereka bilang apa? Mereka bilang tambang ini harusnya ada di bulan karena nggak ada yang bisa mengembangkan," jelasnya.
Walau begitu, kini tambang milik Freeport menjadi salah satu tambang terbesar di dunia.
Bahkan cadangan yang dimiliki oleh tambang ini disebut-sebut bisa bertahan hingga tahun 2052.