“Pertamina NRE merupakan ujung tombak Pertamina dalam melakukan transisi energi. Kami fokus pada bisnis energi bersih. Kami sangat antusias dengan kerja sama antar BUMN dalam penyediaan gas dari sumber energi terbarukan ini. Sinergi ini bagian dari upaya transisi energi yang dilakukan BUMN,” tutur Dannif.
Pada kesempatan yang sama, Ghani mengatakan, “Hal ini sejalan dengan Program Stategis PTPN yang juga ditetapkan sebagai Program Strategis Nasional (PSN), PTPN III (Persero) selaku Holding BUMN Perkebunan mencanangkan program Akselerasi Pengembangan Energi Baru Terbarukan melalui pengembangan pabrik BioCNG berbasis limbah cair kelapa sawit (POME)”, ujar Ghani, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero)”.
Sementara, Aminuddin menyatakan, “Kami menargetkan pengaliran Compressed Renewable Gas ini pada Triwulan ketiga 2023 dan sanggup memberikan suplai kontinyu untuk industri dalam negeri yang menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” tutur Aminuddin. Amin juga menambahkan ini adalah terobosan bagi Pertagas Niaga karena untuk pertama kalinya pihaknya akan memasok industri dengan gas non-fosil.
Pemanfaatan Compressed biomethane selain berkontribusi baik bagi lingkungan diharapkan mampu mengurangi impor LPG sehingga membantu penghematan keuangan negara. Sumber bahan baku untuk memproduksi compressed biomethane di Indonesia sangat beragam. Sebagai negara penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar, Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan limbah CPO dan juga limbah pertanian serta limbah peternakan lainnya untuk menjadi biogas maupun biometan sebagai energi terbarukan.
Pertamina berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan ESG dan mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Inisiatif perdagangan karbon sangat mendukung Tujuan ke-13, yaitu penanganan perubahan iklim.
(Fitria Dwi Astuti )