Bahlil bahkan mengatakan, atas capaian Indonesia itu, banyak negara yang mencoba untuk melakukan crosscheck langsung.
Hal itu lantaran Indonesia dinilai bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi di tengah harga minyak dunia yang belum terlalu membaik dan kenaikan suku bunga bank sentral AS.
"Dibanding negara lain, saya tidak bermaksud katakan kita lebih baik, tapi inflasi kita kedua terbaik setelah Tiongkok. Kalau pertumbuhan ekonomi, aku yakin kita terbaik dibandingkan dengan negara-negara G20," katanya.
Kendati demikian, Bahlil meminta semua pihak tidak boleh terbuai. Pasalnya, capaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu berdasarkan capaian di periode yang sama di 2021 di mana kala itu pertumbuhan ekonomi terkontraksi 3,49%.
Dia juga mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia maupun global tahun depan masih berada dalam ketidakpastian. Ekonomi global akan melambat karena banyak negara yang masuk kondisi resesi. Begitu pula banyak negara yang tengah antre untuk bisa mendapatkan bantuan IMF.
Oleh karena itu Bahlil pun menegaskan perlu adanya kestabilan di berbagai sisi, mulai dari keamanan, politik hingga kebijakan yang berkelanjutan.
"Jadi jangan kita euforia seolah-olah sudah tidak ada tantangan. 2023, saya berani taruhan, bahwa ekonomi kita, ekonomi global, tidak akan sebaik 2022, kalau tidak mampu kita pastikan stabilitas. Ekonomi kita di 2023 akan baik kalau ada jaminan stabilitas, stabilpolitik, stabilitas keamanan maupun stabilitas kebijakan yang kontinu. Jadi jangan sampai kita terbuai," kata Bahlil.
(Dani Jumadil Akhir)