JAKARTA - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pada bulan Oktober - Desember merupakan musim tanam untuk padi.
Sehingga ketersediaan beras yang membuat harga pada periode tersebut lebih mahal.
"Sekarang pangan pertanian itu kan ada musim panen, sekarang ini Oktober - Desember itu adalah waktu tanam, bukan panen, itu panen Januar - Maret," ujar Mentan saat menghadiri peluncuran Strategi Nasional Aksi Pencegahan Korupsi (Stranas PK) Tahun 2023 – 2024, Selasa (20/12/2022).
BACA JUGA:Impor Beras 500.000 Ton untuk Cadangan Pangan
Sedangkan jika masuk pada musim panen, atau pada bulan Maret - Agustus ketika produksi beras cukup melimpah, maka harga akan segera kembali normal dan bahkan bisa cenderung turun.
"November Desember lagi masa tanam, 10 juta hektare tidak gampang kalau kita cari beras saat ini ya harganya naik, kalau mau beli beras yang tepat itu ya Maret - April, Juli - Agustus itu pasti harga lebihh rendah Karena kita sedang panen puncak," sambungnya.
Namun demikian, Mentan memastikan bahwa saat ini ketersediaan beras di dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun memang harganya sedikit lebih mahal jika mau dibandingkan dengan produk beras impor.
"Ketersediaan beras dan panen kita ini produksi kita sangat optimal dan seusai dengan perencanaan sekitar 10,42 juta hektar, dan produksi sangat maksimal," lanjutnya.
Menurutnya, harga beras tertinggi pada periode ini pun, dikatakan Mentan masih menjadi yang terendah jika dibandingkan dengan harga beras di negara-negara lain.
Karena harga beras selama ini masih di bawah HPP atau di atas Rp12 ribu per liternya untuk jenis beras tertentu.
Sehingga sebetulnya tidak diperlukan impor jika produksi beras di dalam negeri cukup.
Namun kebijakan pemerintah melakukan impor beras bertujuan untuk mengintervensi pasar agar harga beras milik petani yang sedang naik ini bisa ditekan.
"Kalau ada pikiran lain untuk itu (impor) mungkin ada pertimbangan-pertimbangan terkait kepentingan negara," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)