"Di 2022 ini kita bisa tumbuh 20-30% ekspornya dengan adanya harga komoditas naik, tapi tahun depan ekspornya akan mengalami normalisasi karena baseline sudah tinggi, sehingga pertumbuhannya di 2023 tidak akan bertahan dengan adanya pelemahan lingkungan global," ungkap Sri.
Hanya saja, kondisi ini tidak serta merta membuat pihaknya menyerah.
Pasalnya, pemerintah sudah menyiapkan beberapa negara tujuan ekspor alternatif/non tradisional seperti India dan Timur Tengah.
"India sudah mulai membuka diri setelah reformasi kebijakan, jadi ini perlu dibidik. Ke Timur Tengah ekspornya juga tumbuh karena harga minyak sebagai komoditas unggulan mereka sedang tinggi, jadi bisa mereka bisa diperhitungkan sebagai tujuan ekspor," pungkas Sri.
(Zuhirna Wulan Dilla)