JAKARTA - Harga minyak 2023 diprediksi masih berada di level USD80 per barel. Di mana pada 2022, harga minyak telah meningkat 10% dan minyak mentah AS naik 7%.
Sebuah survei terhadap 30 ekonom dan analis memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata USD89,37 per barel pada 2023 atau sekitar 4,6% lebih rendah dari konsensus dalam survei November.
Sedangkan minyak mentah AS diproyeksikan rata-rata USD84,84 per barel pada 2023 atau turun dari proyeksi sebelumnya. Demikian dikutip dari Antara, Sabtu (31/12/2022).
Baca Juga: Kapan RI Punya Pabrik Minyak Makan Merah?
Analis CMC Markets Leon Li menilai, lonjakan perjalanan liburan akhir tahun dan larangan Rusia atas penjualan minyak mentah dan produk minyak telah mendukung minyak mentah, pasokan yang lebih ketat akan diimbangi tahun depan dengan penurunan konsumsi bahan bakar karena lingkungan ekonomi yang memburuk.
Sementara itu, penurunan harga minyak terjadi mulai paruh kedua tahun 2022. Di mana harga minyak tertekan kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi mendorong dolar AS.
Itu membuat komoditas berdenominasi dolar seperti minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Moskow Bakal Pangkas Produksi
Kemudian, pembatasan nol-Covid di China, yang baru dilonggarkan bulan ini, telah menghancurkan harapan pemulihan permintaan. Importir minyak terbesar dunia dan konsumen terbesar kedua itu pada tahun 2022 mencatat penurunan pertama dalam permintaan minyak selama bertahun-tahun.
Namun, permintaan minyak China diperkirakan akan pulih pada tahun 2023, lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini telah meredupkan harapan akan dorongan segera dalam pembelian barel.
Dalam indikator pasokan di masa depan, jumlah rig minyak dan gas AS naik 33 persen untuk tahun ini, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co dalam laporan terbarunya.