Mendag menambahkan, penurunan nilai ekspor nonmigas Desember 2022 terjadi karena adanya pelemahan pada seluruh sektor. Pada periode ini, ekspor sektor pertanian turun sebesar 12,09%, ekspor sektor industri pengolahan turun sebesar 1,12%, dan ekspor sektor pertambangan mengalami pelemahan sebesar 6,61% MoM.
"Pelemahan ekspor Desember 2022 dipicu penurunan ekspor beberapa produk, antara lain kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) turun 22,11%, bahan kimia anorganik (HS 28) turun 20,90 persen, logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 11,61%, pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) turun 10,67%, serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang turun 9,47% MoM," paparnya.
Di tengah pelemahan ekspor ini, Mendag mengungkapkan, terdapat beberapa produk utama ekspor nonmigas yang masih mengalami peningkatan cukup signifikan.
Produk tersebut diantaranya timah dan barang daripadanya (HS 80) yang naik 61,35%, nikel dan barang daripadanya (HS 75) yang naik 41,50%, serta serat stapel buatan (HS 55) yang naik 24,45% MoM. Peningkatan ekspor timah dan nikel dipicu oleh peningkatan harga timah dan nikel pada Desember 2022 masing-masing sebesar 13,76% dan 13,24% MoM.
Secara kumulatif, total ekspor selama periode 2022 tercatat mencapai USD291,98 miliar atau meningkat 26,07% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
"Peningkatan ekspor tersebut ditopang penguatan ekspor sektor nonmigas yang naik 25,80% (YoY) menjadi USD275,96 miliar dan ekspor sektor migas yang naik 30,82% (YoY) menjadi sebesar Rp16,02 miliar," pungkas Mendag.
(Zuhirna Wulan Dilla)