JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melakukan inovasi pengolahan kelapa sawit dalam negeri dengan teknologi baru.
Adapun inovasi itu membuat ekstraksi minyak sawit tanpa uap (Steamless Palm Oil Treatment).
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan kalau teknologi ini akan berdampak pada lokasi pabrik yang sudah tidak perlu lagi dekat dengan sungai melainkan bisa berlokasi di perkebunan sehingga lebih efisien.
“Dalam waktu dekat, akan diperkenalkan teknologi baru ekstraksi minyak sawit tanpa uap (Steamless Palm Oil Treatment). Jadi nanti tidak perlu bleaching, melainkan menggunakan teknologi pasteurisasi, sehingga nutrisi (betacarotene, provitamine A) masih tetap terjaga dan tidak perlu difortifikasi," ujarnya dikutip Senin (30/1/2023).
BACA JUGA:Produksi Sawit RI Diprediksi Tidak Bertambah di 2023, Kenapa?
Dia pun menerangkan kalau inovasi teknologi tersebut merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mendorong peningkatan ekspor produk olahan kelapa sawit lokal ke pasar Uni Eropa.
Apalagi mengingat hubungan dagang antara kedua negara sudah terjalin sangat baik.
“Kami optimistis, posisi tawar Indonesia dengan Eropa harusnya sudah cukup bagus, termasuk yang telah dilakukan oleh industri pengolahan di sektor agro khususnya produk olahan sawit,” jelasnya.
Untuk nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa untuk produk industri agro pada tahun 2021 mencapai USD6,04 juta, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD4,5 juta.
Namun setelah disepakatinya EU Regulation on Deforestation-Free Supply oleh Komisi Eropa, Dewan Eropa dan Parlemen Eropa, pemerintah perlu melakukan antisipasi agar produk industri agro asal Indonesia bisa kompetitif.
Kemudian, dia menambahkan produk turunan kakao dan kopi sejatinya dapat memenuhi ketentuan di pasar Uni Eropa.
Sebanyak 70% produk olahan kakao juga telah di ekspor dan sudah memiliki beragam sertifikasi internasional seperti sertifikasi bukan berasal dari lahan deforestasi, sertifikat fair trade, dan lain-lain.
"Sedangkan untuk produk kopi, saat ini sudah terdapat 39 indikasi geografis di Indonesia yang menjadi keunggulan tersendiri memasuki pasar Uni Eropa," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)