JAKARTA - Melepas jebakan Sandwich Generation lewat investasi seperti reksa dana. Siklus kehidupan dimulai sejak seseorang dilahirkan. Namun yang paling penting diingat adalah ketika memasuki siklus usia produktif, yaitu usia bekerja di rentang umur 20-55 tahun.
Pada rentang usia ini, mayoritas individu memasuki periode waktu bekerja untuk menghasilkan income. Kemudian, memasuki usia pensiun¸ di atas 55 tahun dan seterusnya, setiap individu akan memasuki fase terakhir dalam kehidupan.
Nah, dalam rentang waktu yang tergolong panjang ini, harga-harga kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder akan mengalami kenaikan atau mengalami inflasi, sehingga, di siklus terakhir kehidupan kita, kebutuhan akan uang menjadi lebih besar dibanding saat usia produktif.
Padahal di usia pensiun, seseorang umumnya sudah tidak lagi bekerja dan tidak memiliki sumber pendapatan seperti sedia kala.
Baca Juga: Cara Cerdas Atur Keuangan Generasi Sandwich
Salah satu cara bertahan hidup di usia pensiun adalah menggunakan uang yang dipersiapan saat usia produktif. Pertanyaannya, apakah cukup? Tentu, menabung saja tidak akan cukup mengimbangi kenaikan harga-harga barang di masa kita pensiun. Jadi, salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyusutan nilai (mata uang) setiap tahunnya adalah melalui investasi di usia produktif.
Namun, banyak yang belum memahami bagaimana cara berinvestasi yang praktis, mudah, dan terjangkau, terutama bagi generasi milenial yang baru mulai berkarir.
Dalam bayangan sebagian kaum milenial, berinvestasi butuh modal besar, sehingga seringkali mayoritas anak muda menunda atau menunggu punya uang dalam jumlah yang besar. Yang terjadi, tidak mulai-mulai berinvetasi, dan tanpa sadar sudah memasuki usia pensiun.
Oleh karena itu, banyak yang kemudian menjadi generasi Sandwich atau generasi yang terjepit, karena perlu membiayai orang tua yang sudah pensiun dan membiayai anak-anak mereka.