JAKARTA - Perekonomian Indonesia diyakini bakal tumbuh solid dan sehat serta jauh dari ancaman krisis berkat kebijakan ekonomi yang sinergis dari pemerintah dan regulator dalam merespons tantangan global yang dinamis.
Gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa memang tidak lepas dari kondisi global saat ini, terutama inflasi yang tinggi dan menekan negara-negara maju, sehingga bank sentral pun mengerek suku bunga untuk memerangi inflasi tersebut.
"Kalau saya katakan, saat ini secara riil perekonomian nasional sangat sehat. Kita pun harus mengapresiasi kinerja tim ekonomi baik Bu Sri Mulyani (Menteri Keuangan) maupun Bank Indonesia serta lembaga lainnya yang mampu bersinergi," kata Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady dalam keterangan tertulis seperti dilansir Antara, di Jakarta, Senin (3/4/2023).
Meski demikian, John mengungkapkan alarm kewaspadaan tetap harus dinyalakan. Apalagi saat ini masyarakat dunia memang benar-benar khawatir terhadap imbas inflasi tersebut.
Mengutip hasil survei Ipsos pada akhir Maret lalu, inflasi menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat dunia, terutama di 12 negara yang mengalami gejolak harga seperti Prancis, Jerman, Britania Raya, Polandia, Turki, hingga Amerika Serikat.
"Nah, saat ini, gejolak harga juga berhasil diredam oleh berbagai kebijakan pemerintah. Ini sangat bagus," kata John.
Di sisi lain, saat The Fed dan Bank Sentral Eropa meningkatkan bunga hingga membuat sejumlah bank berjatuhan, kondisi inflasi di Indonesia justru tetap terjaga.
"Jadi, memang itu yang sedang terjadi dan semua krisis yang kita hadapi sembilan bulan terakhir ini, akar masalahnya inflasi. Sewaktu pasokan uang seolah disedot bank sentral, baru terlihat ada korban dari likuiditas, maka jatuhlah Silicon Valley Bank," katanya.
John memercayai bauran kebijakan yang diterapkan Kementerian Keuangan hingga langkah Bank Indonesia dalam stabilisasi moneter masih efektif menjaga tingkat inflasi dan bahkan sukses mempertahankan di tiga persen.
Hal itu, lanjutnya, tercermin dengan penerapan kebijakan bunga acuan BI yang selalu menyasar pengendalian inflasi inti. Saat ini, dengan tingkat bunga acuan 5,75%, BI menargetkan inflasi inti dan IHK sesuai target.
Secara keseluruhan, John menilai perekonomian nasional saat ini sangat solid, sehingga memungkinkan untuk mencapai target pertumbuhan di kisaran lima persen pada tahun ini.
Sebagai catatan positif lainnya, selama satu dekade, Indonesia juga keluar dari zona ekonomi rentan.
Sejauh ini, Indonesia masih bisa menikmati berkah komoditas yang tercermin dari moncernya surplus neraca dagang.
"Jadi, ini merupakan hasil kebijakan terbaik dari Bu Sri Mulyani, plus juga keberuntungan dari sisi ekspor, kita membutuhkan keduanya," tegas John.
Sebelumnya, momok inflasi juga disinggung Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurutnya, selesainya pandemi memang disertai potensi inflasi yang menghantam perekonomian negara maju.
Dia menilai kebijakan bank sentral negara-negara maju memang bisa ampuh meredam gejolak inflasi yang tinggi. Namun sebaliknya, hal itu pun sangat berisiko bagi sektor keuangan, terutama dalam hal penggalangan dana obligasi.
Walau demikian, dia meyakinkan bahwa seluruh otoritas di Tanah Air selalu sigap merespon perkembangan global tersebut.
"Pandemi bukan lagi risiko, yang harus diwaspadai adalah risiko inflasi," ungkapnya belum lama ini.
(Dani Jumadil Akhir)