Tak hanya itu, penerimaan BK dari tahun 2015-2020 sangat rendah dikarenakan tarif BK dan harga CPO yang rendah.
"Penerimaan BK mencapai puncaknya ya pada tahun 2021 dan 2022, masing-masing sebesar Rp28,5 triliun dan Rp32,4 triliun," tambahnya.
Sehingga, nantinya yang akan menjadi penentu pelaksanaan DBH sawit adalah realita basis penerimaan PE dan BK yang sangat fluktuatif. Realisasi PE di tahun 2022 adalah sebesar Rp34,7 triliun dan realisasi BK tahun 2022 adalah sebesar Rp32,4 triliun, dengan volume ekspor kelapa sawit tahun 2022 sebesar 36,88 juta ton.
"Harganya fluktuasinya sangat luar biasa, awal tahun 2022 USD1.300 per metrik ton, puncaknya USD1.787 per metrik ton di April 2022, dan settled dilakukan normalisasi arus barang, kita lihat harga CPO langsung turun menjadi separuhnya USD800 per metrik ton, dan sekarang ada di sekitar USD920 per metrik ton." tandas Sri.
(Feby Novalius)