JAKARTA- Ternyata ini perusahaan milik Muhammad Lukminto yang tidak asing dalam dunia tekstil di Indonesia. Sebab ia merupakan salah satu pemilik perusahaan tekstil ternama di Indonesia.
Ternyata ini perusahaan milik Muhammad Lukminto pertama kali adalah PT Sri Rejeki Isman atau PT Sritex. Perusahaan tersebut diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 3 Maret 1992. Sejak saat itu PT Sritex berperan besar dalam industri kain di Indonesia.
Beberapa kali PT Sritex memegang peran penting dalam membuat seragam pemerintah. Masuk ke tahun 2014, perusahaan tersebut memperluas pasar sampai keluar negeri.
Perusahaan milik Lukminto itu pernah menerima pesanan membuat ratusan seragam tentara dari luar negeri. Tercatat pendapatan bersih PT Sritex tahun 2019 mencapai USD87 juta.
Pandemi Covid 19 yang terjadi pada tahun 2020 ternyata tidak menyurutkan pasar PT Sritex. Perusahan tersebut bahkan mendapatkan pasar baru dengan membuat APD untuk petugas kesehatan. Diketahui pendapatan pada tahun 2020 mencapai USD 608 juta.
Sayangnya saham PT Sritex sempat terancam dihapus dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2022. PT Sritex memiliki liabilitas yang harus dibayar sebesar Rp 24,66 triliun.
Beberapa hutang yang dimiliki PT Sritex seperti hutang bank jangka pendek senilai Rp 508 miliar. Selain itu ada hutang bank dan obligasi jatuh tempo senilai Rp 62,774 miliar.
Muhammad Lukminto merupakan peranakan Tionghoa yang lahir pada 1 Juni 1946. Masa kecil Lukminto tidak mengenakan. Saat itu Lukminto masih duduk dikelas 2 SMA Chong Hua Chong Hui. Ia harus berhenti sekolah karena Orde Baru menutup akses untuk etnis China.
Pria yang lahir dengan nama Le Djie Shin akhirnya memulai bisnisnya pada usia 20 tahun dengan berjualan tekstil di Solo mengikuti sang kakak. Pada masa kolonial Belanda, Kota Solo merupakan pusat tekstil terkenal di Pulau Jawa.
Tahun 1966 Lukminto mulai menyewa kios di Pasar Klewer, Solo. Bisnis Lukminto semakin berkembang. Lukminto kemudian membuka pabrik cetak tekstil pertamanya dengan nama PT Sri Rejeki Isman atau Sritex tahun 1980 an.
Muhammad Lukminto sempat mengubah namanya menjadi Seger Waras. Kemudian, namanya berubah menjadi Muhammad Lukminto dan menunaikan haji pada 1994. Lukminto menghembuskan nafas terakhir pada 5 Februari 2014 di Singapura.
Demikian informasi ternyata ini perusahaan milik Muhammad Lukminto.
(RIN)
(Rani Hardjanti)